PETUNJUK PRAKTIKUM
KIMIA KEPERAWATAN
Disusun Oleh :
TIM MATA KULIAH KIMIA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2010
PERCOBAAN I
MODEL ATOM
Tujuan Percobaan
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui beberapa gugus fungsional yang ada.
Dasar Teori
Gugus atom tertentu memiliki sifat kimia yang sedikit sekali bergantung pada kerangka molekul yang dilekatinya. Gugus atom ini dinamakan gugus fungsi (functional group). Gugus hidroksil –OH ialah salah satu contoh gugus fungsi, dan senyawa dengan gugus ini yang melekat pada kerangka karbon disebut alkohol. Dalam kebanyakan reaksi organik, beberapa perubahan kimia terjadi pada beberapa gugus fungsi, tetapi sisa molekulnya tetap seperti struktur aslinya. Dengan dipertahankannya sebagian besar rumus struktur selama reaksi kimia sangat menyederhanakan kajian kimia organik. Ini memungkinkan kita untuk memusatkan perhatian terhadap kimiawi berbagai gugus fungsi.
Prosedur Percobaan
Gambar contoh senyawa dalam beberapa gugus fungsi menggunakan model atom. Identitas bola atom :
Elemen : H : O : C : N : S
Valensi : 1 : 2 : 4 : 3 : 2
Warna : Putih : Merah : Hitam : Biru : Kuning
Beberapa gugus fungsional yang dipraktekkan antara lain :
NO |
NAMA |
RUMUS MOLEKUL |
CONTOH |
1 |
Alkana | CnH2n+2 | Propana : C3H8 |
2 |
Alkena | CnH2n | Etena : CH2 = CH2 |
3 |
Alkuna | CnH2n-2 | Propuna : CH C – CH3 |
4 |
Alkohol | R – OH | Etanol : C2H5OH |
5 |
Fenol | C6H6 – OH | 2-metil fenol |
6 |
Senyawa Aromatik | C6H6 | Benzena |
7 |
Eter | R – O – R | Etil metil eter : CH3-O-C2H5 |
8 |
Sulfida | R – S – R | Dietil sulfida : C2H5-S-C2H5 |
9 |
Aldehid | RCOH | Etanal : CH3COH |
10 |
Keton | RCOR | Aseton :CH3COCH3 |
11 |
Asam Karboksilat | RCOOH | Asam semut : HCOOH |
12 |
Ester | RCOOR | Methyl asetat : CH3COOCH3 |
13 |
Amina | RCNH2 | Etil amina : C2H5 – NH2 |
14 |
Monosakarida | C6H12O6 | Glukosa : C6H12O6 |
PERCOBAAN II
ANALISA KUALITATIF
Kimia Analisis
Kimia analisis adalah bagian dari ilmu kimia yang mengadakan penyelidikan pada suatu zat anorganik yang bbelum dikenal.
Kimia analitis dibagi menjadi dua bagian :
- Analisa Kualitatif
Analisa kimia yang mengadakan penyelidikan tentang unsur-unsur atau gugusan atom atau molekul-molekul yang terdapat di dalam zat itu.
- Analisa Kuantitatif
Analisa kimia yang mengadakan penyelidikan tentang perbandingan unsur-unsur atau gugusan/molekul yang terdapat di dalam zat itu.
Dalam kimia analitis pertama kali harus dilaksanakan analisa kualitatif dan apabila telah selesai baru dilakukan analisa kuantitatif.
Analisa Kualitatif
Ada beberapa cara analisa kualitatif, tetapi pada prinsipnya mengandung persamaan yaitu pertama kali mengadakan pemisahan kation-kation kemudian golongan-golongan dengan menggunakan reagent tertentu hingga terbentuk endapan yang kemudian dipisahkan oleh filtratnya. Penyelidikan diteruskan dengan pemberian reagent tertentu ke dalam filtrat hingga terbentuk endapan lagi dan seterusnya.
Endapan yang berasal dari tiap golongan diperiksa lagi, pemeriksaan dilakukan melalui pemisahan kation dengan reagent tertentu hingga sebagian dari endapan melarut dan larutan yang diperoleh diperiksa dengan pemberian suatu reagent tertentu. Adanya katipn tertentu dapat dikenal karena terbentuknya gas yang dikenal.
Pemeriksaan anion dilakukan dengan mengadakan reaksi khusus dengan reagent tertentu, hingga terbentuk endapan dengan warna tertentu atau terbentuk gas tertentu yang dikenal.
Dalam analisa kualitatif, kita tidak melakukan penyelidikan kation-kation atau anion-anion dari suatu zat yang tidak dikenal, tetapi hanya melakukan cara-cara :
ü Reaksi pengenalan kation berdasarkan pengendapan dan warna persenyawaan yang terbentuk.
ü Reaksi pengenalan anion berdasarkan pengendapan dan warna persenyawaan yang terbentuk.
Cara Kerja :
Reaksi Pengenalan Kation
Dalam reaksi berikut ini hendaknya diperhatikan warna dan endapan yang terbentuk.
- Reaksi Pengenalan kation Ag+
Larutan yang diperiksa : AgNO3.
Larutan reagent : NaCl; NaOH; KI; KBr.
- Reaksi Pengenalan kation Hg+
Larutan yang diperiksa : HgCl2.
Larutan reagent : NaOH; NH4OH; KI.
- Reaksi Pengenalan kation Pb2+
Larutan yang diperiksa : Pb asetat (PbCH3COO).
Larutan reagent : NaOH; NaCl; K2SO4; K2CrO4.
- Reaksi Pengenalan kation Cu2+
Larutan yang diperiksa : CuSO4.
Larutan reagent : NaOH; KI; K4Fe(CN)6; NaCl
Reaksi Pengenalan Anion
- Reaksi Pengenalan anion CO32-
Larutan yang diperiksa : Kristal Na2CO3.
Larutan reagent : H2SO4 pekat, alirkan gas yang timbul ke dalam larutan Ca(OH)2.
- Reaksi Pengenalan anion SO42-
Larutan yang diperiksa : K2SO4.
Larutan reagent : BaCl2 dan HCl encer.
- Reaksi Pengenalan anion S2O32-
Larutan yang diperiksa : Na2S2O3.
Larutan reagent : HCl encer, gas yang timbul diperiksa dengan kertas saring yang dibasahi larutan KIO3 dan amilum.
- Reaksi Pengenalan anion Cl–, Br–, I–
Larutan yang diperiksa : AgNO3.
Larutan reagent : NaCl; NaBr; NaI.
- Reaksi Pengenalan anion NO3–
Larutan yang diperiksa : KNO3
Larutan reagent : H2SO4 dan FeSO4
BAB III
VOLUMETRI
Pengertian Umum
Volumetri atau titrasi adalah salah satu bagian dari analisa kuantitatif di mana buret dipergunakan sebagai alat pengukur. Buret diisi dengan larutan yang dikenal (larutan titrasi) yang direaksikan dengan larutan yang tak dikenal yang disebut menitrasi.
Akhir reaksi dinyatakan oleh suatu indikator, yang berubah warna pada lingkungan titik ekuivalen. Perubahan warna dari indikator menyatakan titik akhir dari penetrasi itu. Kadang-kadang zat itu sendiri bertindak sebagai indikator, misalnya pada permanganometri, karena larutan KMnO4 mempunyai warna yang jelas dan pada akhir titrasi perubahan warna jelas terlihat, tak perlu menggunakan indikator.
Kadar larutan titrasi (normalitasnya) ditetapkan oleh zat murni yang mempunyai rumus tertentu, disebut titer pokok (primary standard). Larutan normal adalah larutan yang mengandung 1 gram ekuivalen/liter (1 grek/L). Banyaknya grek dari suatu gram molekul zat tergantung pada reaksi khusus yang terjadi pada suatu reaksi.
Contoh :
ü Pada Alkalimetri
Na2CO3 + 2 HCl ——– 2 NaCl + H2CO3
1 grl Na2CO3 = 2 grek.
ü Pada Asidimetri
H2SO4 + 2 NaOH ——– Na2SO4 + 2 H2O
1 grl H2SO4 = 2 grek.
Guna normalitas adalah untuk mempermudah perhitungan titrasi. Apabila larutan titrasi dan N normal digunakan v ml, maka telah dipakai vN grek larutan titrasi, yang berarti bahwa zat yang diperiksa (dititrasi) juga mengandung van m grek.
Cara-cara volumetric yang terpenting adalah :
ü Asidimetri dan Alkalimetri,
ü Permanganometri,
ü Jodometri,
ü Titrasi endapan argentometri.
Kesalahan Titrasi
Kesalahan titrasi terjadi tidak hanya karena petunjuk indikator yang keliru, tetapi dapat juga karena kesalahan-kesalahan menimbang, mengencerkan dan memipet, serta tetes terakhir.
Kesalahan Menimbang
Bila kita memperhatikan peraturan saat menimbang, maka berat yang akan ditetapkan dapat teliti hingga 0.1 mg, zat yang ditimbang paling sedikit 200 mg supaya kesalahan relatif yang terjadi paling sedikit 0.1%.
Kesalahan Mengencerkan atau Memipet
Pada penetapan titrasi seringkali kita menimbang suatu zat yang banyaknya cukup untuk beberapa kali peniteran zat itu kemudian kita larutkan dalam sebuah labu ukur menjadi satu volume tertentu dan selanjutnya kita ambil dengan pipet ukur. Karena tidak ada labu ukur dan pemipet yang sempurna, maka hasil yang dicapai kurang sempurna jika dibandingkan dengan menimbang atau membuat larutan baru untuk tiap titrasi.
Kesalahan Tetes Terakhir
Karena buret tidak dapat dialirkan lebih dari satu tetes secara bersama, maka ketelitian yang kita capai dibatasi oleh besarnya volume dari tetes itu. Volume satu tetes untuk buret biasa adalah kurang lebih 0.05 ml, maka untuk pemakaian cairan sebanyak 40 ml ketelitian relatif yang dicapai 0.125%.
Beberapa hal yang perlu diketahui pada penetapan volumetri :
- Untuk pengukuran cairan di dalam volumetric digunakan jenis alat gelas erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, dan buret. Labu ukur dipakai untuk pekerjaan teliti, sedangkan pipet ukur dan gelas ukur apabila kurang begitu penting ketelitiannya.
- Menetapkan sikap volume. Pembacaan miniskus pada buret untuk caitan tak berwarna pada bagian bawah, sedangkan untuk cairan berwarna pada bagian atasnya.
- Jangan memegang bejana untuk pekerjaan volumetric yang teliti dengan telapak tangan, karena akan memenuhi dan merubah isinya, tetapi peganglah pada lehernya.
- Jangan mengeringkan bejana volumetric di dalam oven, akan tetapi keringkan alat ini dengan alkohol dan jaga jangan sampai bagian dalam bejana berlemak.
ALKALIMETRI DAN ASIDIMETRI
Reaksi Pokok : H+ + OH–
Asam dengan konsentrasi tak dikenal dititrasi dengan basa yang dikenal disebut alkalimetri, sebaliknya jika basa dengan konsentrast tak dikenal dengan asam yang dikenal disebut asidimetri, digunakan netralitas di mana pH pada 1 grek asam telah bereaksi dengan 1 grek basa atau sebaliknya dan pH tidak selalu 7. Asam lemah yang dinetralisir dengan basa kuat bernilai pH 7, karenanya pemilihan indikator sangat penting. Dalam hal seperti ini hendaknya digunakan indikator yang berubah warna pada pH lebih dari 7.
Indikator yang umum digunakan adalah :
TABEL
Asam lemah harus dititrasi dengan basa kuat dan menggunakan indikator pHpH. Basa lemah dengan asam kuat menggunakan indikator MM atau MJ, dan NH4OH sebaiknya dengan MJ. Asam kuat dan basa kuat sebaiknya menggunakan MM atau pHpH.
Larutan Titrasi :
Basa : 0.1 N NaOH atau KOH disimpan dalam botol yang bebas gas CO2.
Asam : 0.1 N HCl atau H2SO4.
Cara Kerja untuk Alkalimetri :
ü Penentuan Kadar Asam Cuka dalam Larutan.
Pipet 15 ml larutan asam cuka (CH3COOH) dan titrasi dengan 0.1 N KOH atau NaOH menggunakan indikator pHpH (3 tetes). Hitung kadar asam tersebut dalam gram/liter.
ü Penentuan Kadar Asan Sulfat dalam Larutan
Pipet 15 ml larutan asam sulfat yang diperiksa dan dititrasi dengan 0.1 N KOH dengan indikator pHpH (3 tetes).
Cara Kerja untuk Asidimetri
ü Penentuan Kadar Amonia dalam Larutan.
Pipet 20 ml larutan NH4OH, titrasi dengan 0.1 N HCl dengan indikator pHpH (3 tetes). Tentukan kadar NH4OH dalam gram/liter.
ü Penentuan Kadar Air Kristal dalam Soda Berkristal.
Timbang 1.5 gram soda (Na2CO3xH2O), larutkan dalam labu ukur 100 ml, pipet 10 ml dan titrasikan dengan menggunakan 0.1 N HCl dengan indikator pHpH (3 tetes). Hitung jumlah molekul air kristal.
PERCOBAAN IV
PENENTUAN pH LARUTAN
Untuk menentukan keasaman suatu larutan digunakan suatu skala yang disebut pH. Makin masam suatu larutan, makin kecil harga pHnya. Secara kualitatif, pH larutan dapat ditentukan dengan indikator kertas lakmus, penolpthalen, methyl merah, dan secara kuantitatif dapat digunakan indikator universal dan pH meter.
Di dalam penghitungan pH digunakan rumus :
- Asam Kuat : (H+) = n.C —————– pH = – log n.C.
- Basa Kuat : (OH–) = n.C —————- pOH = – log n.C ——– pH = 14 – pOH.
- Asam Lemah : (H+) = V Ka.C ————– pH = ½ (pKa – log C).
Cara Kerja :
ü Buat latutan HCl 0.01 M; 0.001 M; dari larutan HCl 0.1 M, demikian juga dengan larutan NaOH, CH3COOH. Uji masing-masing larutan menggunakan kertas lakmus, pHpH, MM, indikator universal, dan pH meter. Catat warna dan harga pH larutan.
ü Bandingkan warna dan harga pH larutan CH3COOH dengan larutan HCl dan NaOH.
ü Bandingkan harga pH aquadest (netral) dengan harga pH larutan asam dan basa.
NO |
Larutan (M) |
Lakmus |
pHpH |
MM |
IU |
pH meter |
1 |
HCl 0.1 | |||||
2 |
HCl 0.01 | |||||
3 |
HCl 0.001 | |||||
4 |
NaOH 0.1 | |||||
5 |
NaOH 0.01 | |||||
6 |
NaOH 0.001 | |||||
7 |
CH3COOH 0.1 | |||||
8 |
CH3COOH 0.01 | |||||
9 |
CH3COOH 0.001 | |||||
10 |
Aquadest |
PERCOBAAN V
MEMBUAT DAN MENYELIDIKI BEBERAPA SIFAT GAS AMONIA
Ada berbagai cara membuat gas amonia di laboratorium, salah satu di antaranya dengan memanaskan campuran Amonium klorida, Natrium hidroksida, dan kapur tohor (CaO).
Cara Kerja :
- Timbang 1,5 gram NH4Cl, 1,5 gram NaOH, dan 1 sendok kapur, lalu masukkan ke dalam labu destilasi dan pasang labu destilasi pada statif dan klem di atas alat pemanas. Tutup semua lubang agar gas yang terbentuk tidak keluar.
- Panaskan campuran tersebut. Uji gas yang terbentuk dengan mendekatkan ujung lidi yang telah dicelupkan ke dalam HCl pekat.
- Tampunglah gas dengan erlenmeyer yang terbalik sampai gas terhambur keluar. Masukkan erlenmeyer dengan posisi terbalik ke dalam beaker glass yang berisi air dan phenolpthalen 2 tetes, gerakkan naik turun. Perhatikan perubahan warna yang terjadi dan catat warna larutan tersebut. Tuliskan reaksi yang terjadi!
HASIL PENGAMATAN
NO | LARUTAN | PERUBAHAN WARNA | PERSAMAAN REAKSI |
1 | NH4Cl + NaOH + CaO | ||
2 | NH3 + H2O | ||
3 | NH3 + HCl |
PERCOBAAN VI
PENENTUAN KEMURNIAN ZAT
Penentuan Titik Cair Suatu Zat
Mencair adalah suatu proses perubahan susunan persenyawaan padat menjadi bentuk cair. Dalam proses mencair dibutuhkan energi untuk memecahkan ikatan di antara molekul atom yang membentuk persenyawaan tersebut. Persenyawaan dengan ikatan ion membutuhkan energi pemecah lebih besar dibanding persenyawaan kovalen. Hal ini karena struktur persenyawaan ion terdiri dari ion positif dan ion negatif yang berikatan sangat kuat sehingga butuh energi yang sangat besar untuk memecahkan ikatan itu, misalnya NaCl. Ikatan ion juga membutuhkan suhu tinggi untuk mencair. Senyawa kovalen mempunyai titik cair yang lebih rendah dari pada senyawa ion, misalnya metana (CH4). Hal ini karena strukturnya terdiri dari molekul yang terikat oleh dua gaya.
Penentuan Titik Didih Suatu Zat
Mendidih adalah merupakan suatu perubahan fase dari cair menjadi gas. Mendidih memerlukan energi yang lebih besar untuk memecahkan ikatan-ikatannya. Persenyawaan berikatan ion mempunyai titik didih lebih tinggi daripada kovalen nonpolar.
Daftar Titik Didih dan Titik Cair Suatu Zat
ZAT |
TITIK CAIR ( 0C ) |
TITIK DIDIH ( 0C ) |
Asam Asetat |
16.7 |
|
Benzena |
5.49 |
80.5 |
Fenol |
42 |
60.5 |
Kapur Barus |
160 |
|
Etil Eter |
|
34.6 |
Etanol |
|
78.3 |
Aseton |
|
56.1 |
Khloroform |
|
61.2 |
Toluen |
|
110.8 |
Cara Kerja :
Penentuan Titik Cair Secara Langsung
ü Siapkan gelas piala 400 ml dan diisi dengan butir-butir es dan garam secukupnya.
ü Ambil tabung reaksi dan diisi dengan asam asetat 3 ml.
ü Masukkan tabung tersebut ke dalam gelas piala yang berisi butiran es dan aduk asam tersebut dengan menggunakan termometer perlahan-lahan da tetap.
ü Setelah cairan dalam tabung membeku, panaskan dengan cara menggenggam tabung dengan tangan sampai terjadi perbandingan banyaknya cairan dan zat beku 1 : 1 dan catatlah suhunya.
Penentuan Titik Didih Toluena
ü Jepit tabung reaksi dan termometer 3600C sedemikian rupa.
ü Isi tabung dengan larutan toluene sebanyak 3 ml.
ü Panaskan secara hati-hati menggunakan api kecil dan usahakan agar uap tidak keluar dari tabung, bila perlu cabutlah apinya.
ü Amati kenaikan dan bila konstan catatlah suhunya.
Penentuan Titik Didih Cairan X
ü Mintalah sebuah contoh zat kepada asisten.
ü Tentukan titik didihnya dengan cara 2 dan catat hasilnya, laporkan kepada asisten zat apa yang saudara periksa sesuai dengan daftar titik didih pada tabel.
PERCOBAAN VII
ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT
Tujuan
Untuk mengetahui adanya karbohidrat dan jenis karbohidrat dalam suatu bahan.
Bahan :
ü Sukrosa (gula tebu) : KI
ü Laktosa (susu sachet) : CuSO4 5%
ü Selulosa (tisu) : CH3COOH 5 %
ü Fruktosa (pisang) : HCl 5%
ü Polisakarisa (kentang rebus)
Alat :
ü Tabung reaksi,
ü Mortar dan stamper,
ü Rak tabung reaksi,
ü Pipet tetes,
ü Pipet volume,
ü Porselin tetes,
ü Ball pipet,
ü Tissue,
ü Gelas ukur,
ü Penjepit kayu,
ü Kertas label,
ü Bunsen.
Cara Kerja :
Persiapan Bahan
ü Bahan (susu dan gula tebu) dilarutkan ke dalam aquadest 100 ml.
ü Bahan (pisang) dikerok, diambil 5 gram, kemudian dilarutkan dalam aquadest 100 ml.
ü Bahan (kentang) dihaluskan, diambil 5 gram, kemudian dilarutkan ke dalam aquadest 100 ml.
ü Bahan (tisu) dilarutkan ke dalam aquadest 100 ml.
Pengujian Bahan
Uji Yodium
ü Siapkan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi bahan dan label sesuai dengan bahan sebanyak 2 ml.
ü Masing-masing bahan dalam tabung reaksi ditetesi 1 ml larutan yodium.
ü Amati perubahan yang terjadi, reaksi positif endapan berwarna merah bata.
Uji Barfoet
ü Siapkan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi bahan dan label sesuai dengan bahan sebanyak 2 ml.
ü Masing-masing tabung ditambahi 1 ml reagent Barfoet (CH3COOH 5 %).
ü Panaskan menggunakan bunsen selama 5 – 10 menit.
ü Didinginkan, lihat perubahan yang terjadi, reaksi positif endapan berwarna merah bata.
Uji Selliwanof
ü Siapkan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi bahan dan label sesuai dengan bahan sebanyak 2 ml.
ü Masing-masing tabung ditambahi 1 ml reagent Selliwanof (HCl 5%).
ü Panaskan menggunakan bunsen selama 5 – 10 menit.
ü Didinginkan, lihat perubahan yang terjadi, reaksi positif endapan berwarna merah bata.
HASIL PENGAMATAN
BAHAN |
UJI YODIUM |
UJI BARFOET |
UJI SELLIWANOF |
|||
Endapan/Tidak |
Warna |
Endapan/Tidak |
Warna |
Endapan/Tidak |
Warna |
|
Susu | ||||||
Gula tebu | ||||||
Pisang | ||||||
Tissue | ||||||
Kentang |
BAB VIII
ANALISA KUANTITATIF KARBOHIDRAT
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui jumlah gula reduksi pada suatu bahan.
Bahan :
ü Sukrosa (gula tebu ) : KI
ü Laktosa (susu sachet) : H2SO4 25%
ü Fruktosa (pisang) : HCl 3%
ü Polisakarida (kentang rebus) : Na2CO3 5%
ü Indikator kanji : Natrium Thiosulfat 0.1 N
ü Aquadest
Alat :
ü Mortar dan stamper,
ü Erlenmeyer 250 ml,
ü Corong kaca,
ü Kertas saring,
ü Pengaduk,
ü Sendok,
ü Pipet volume,
ü Gelas ukur,
ü Buret dan statif,
ü Lampu spiritus,
ü Penangas air,
ü Beaker glass 500 ml,
ü Labu ukur 250 ml,
ü Pipet tetes.
Cara Kerja :
ü Bahan dihancurkan, timbang 2,3 gram.
Bahan sukrosa (gula tebu), laktosa (susu sachet), polosakarida (kentang rebus) setelah dihancurkan kemudian dipanaskan dengan HCl 3% sebanyak 10 ml.
ü Larutan tersebut dimasukkan dalam labu ukur 250 ml, tambah aquadest sampai tanda batas.
ü Dibiarkan beberapa menit, saring, ambil 20 ml dimasukkan dalam erlenmeyer, ditambah 20 ml larutan Na2CO3 5%.
ü Erlenmeyer dihubungkan dengan pemanas, dididihkan selama 10 menit dari saat mendidih.
ü Didinginkan, tambah 12 ml KI, 20 ml H2SO4 25%.
ü Yodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Natrium thiosulfat (Na2S2O4) 0.1 N dengan indikator kanji 1,6 ml.
Jumlah gula reduksi = Titrasi blangko – Titrasi sampel (Lihat Tabel)
Reaksi yang terjadi :
- R – COH + CuO Cu2O + R – COOH
- H2SO4 + CuO CuSO4 + H2O
- CuSO4 + 2 KI CuI2 + K2SO4
- 2 CuI2 CuI2 + I2 + amilum (biru)
- I2 + Na2S2O4 Na2S2O4 + NaI (putih)
HASIL PENGAMATAN
BAHAN |
Titrasi Natrium Thiosulfat |
Bangko – Sampel |
mg gula reduksi |
Gula tebu | |||
Susu bubuk | |||
Pisang | |||
Kentang |
Tabel : Penentuan gula reduksi (glukosa, fruktosa) dalam bahan menurut Metode
Luff Schorlf.
MI 0.1 N Na Thiosulfat |
Glukosa, Fruktosa gula reduksi (mg) |
Selisih (mg) |
1 |
2,4 |
2,4 |
2 |
4,8 |
2,4 |
3 |
7,2 |
2,5 |
4 |
9,7 |
2,5 |
5 |
12,2 |
2,5 |
6 |
14,7 |
2,5 |
7 |
17,2 |
2,6 |
8 |
19,8 |
2,6 |
9 |
22,4 |
2,6 |
10 |
25,0 |
2,7 |
11 |
27,6 |
2,7 |
12 |
30,4 |
2,7 |
13 |
33,0 |
2,7 |
14 |
35,7 |
2,8 |
15 |
38,5 |
2,8 |
16 |
41,3 |
2,9 |
17 |
44,2 |
2,9 |
BAB IX
LEMAK DAN MINYAK
Lemak dan minyak merupakan eter dari asam lemak dan gliserol, disebut juga trigliserida atau triester gliserol. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedang dalam tumbuhan berupa minyak. Lemak dan minyak dapat dihasilkan dari pemecahan jaringan (daging) tumbuh dengan tekanan tinggi atau dengan ekstraksi. Di samping itu lemak hewan didapat dari pemanasan dengan air pada suhu tinggi sehingga lemak akan mengapung di atas dan kemudian dimurnikan dan filtrasi.
Asam lemak pilihan dan sumbernya :
NAMA ASAM |
STRUKTUR |
SUMBER |
Jenuh | ||
Butirat | CH3(CH2)2CO2H | Lemak susu |
Palmitat | CH3(CH2)14CO2H | Lemak hewani dan nabati |
Stearat | CH3(CH2)16CO2H | Lemak hewani dan nabati |
Tak Jenuh | ||
Palmioleat | CH3(CH2)5CH = CH(CH2)7CO2H | Lemak hewani dan nabati |
Olaet | CH3(CH2)7CH = CH(CH2)7CO2H | Lemak hewani dan nabati |
Sifat lemak dan minyak di antaranya :
Sifat Fisika :
ü Keduanya tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mempunyai rasa.
ü Berat jenisnya lebih kecil dari pada air.
ü Mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol.
ü Lemak merupakan pelarut organik yang baik, sehingga banyak digunakan untuk ekstraksi minyak esteris untuk parfum.
Sifat Kimia :
ü Dapat dihidrolisa menggunakan oleh pemanasan yang tinggi, atau oleh asam atau basa serta enzim lipase.
ü Dapat mengalami reaksi ransiditas atau ketengikan.
ü Hidrogenasi dari minyak, karena mengandung laktan rangkap, maka bila dihidrogenasi menjadi padat.
Untuk menganalisa lemak dan minyak menggunakan :
Angka Penyabunan
ü Bilangan yang menyatakan berapa miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak.
ü Dapat digunakan untuk menentukan massa rumus rata-rata dari lemak.
ü Untuk mengetahui banyaknya massa yang diperlukan dalam pembuatan sabun.
Angka Asam
ü Bilangan yang menyatakan berapa miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat pada 1 gram lemak.
ü Untuk menentukan tingkat keasaman dari lemak.
ü Untuk menentukan sifat tengik dari lemak.
Bilangan Reichert Meissl
Bilangan yang meyatakan beberapa mililiter 0.1 N basa kuat yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak yang mudah menguap yang larut dalam air pada hidrolisa 5 gram lemak.
Angka Iodium
ü Bilangan yang menyatakan berapa gram iodium yang harus ditambahkan pada 100 gram lemak sampai wana iodiumnya tidak hilang.
ü Bilangan yang menyatakan berapa gram iodium yang dapat diadisi oleh 100 gram lemak.
Analisa Kualitatif Minyak dan Lemak
Tujuan Percobaan :
ü Mengetahui reaksi penyabunan minyak kelapa dengan NaOH.
ü Mengetahui kelarutan sabun dalam larutan CaCl2 dan larutan Pb-asetat.
ü Mengetahui daya mengemulsidari sabun.
ü Memisahkan asam lemak padat dari larutan sabun dengan penambahan larutan H2SO4.
Bahan :
ü Minyak kelapa,
ü NaOH,
ü CaCl2,
ü Pb-asetat,
ü H2SO4,
ü MO, dan
ü Pp.
Alat :
ü Erlenmeyer,
ü Beaker glass,
ü Pipet volume,
ü Gelas ukur,
ü Pipet tetes.
Cara Kerja :
Penyabunan Minyak Kelapa
ü Panaskan 25 gram minyak kelapa sambil diaduk, lakukan pemanasan di atas bunsen sampai minyak berwarna kuning jernih.
ü Tambahkan larutan NaOH yang terbuat dari 7 gram NaOH dalam 7 ml aquadest.
ü Dinginkan campuran tersebut menuangkan 50 ml air jika penyabunan telah selesai.
ü Menggunakan larutan sabun yang didapatkan untuk percobaan-percobaan selanjutnya.
Kelarutan Sabun
ü Mengambil 10 ml larutan sabun dan menetralkan dengan larutan asam cuka tetes demi tetes. Melakukan pengujian dengan kertas indikator pH.
ü Membagi larutan menjadi 2 bagian :
Larutan I : Ditambah 10 tetes CaCl2.
Larutan II : Ditambah Pb-asetat.
ü Amati perubahan yang terjadi pada masing-masing larutan dan membedakan keduanya.
Daya Mengemulsi Sabun
ü Melarutkan 2 gram sabun dalam 50 ml air sehingga larutan bereaksi alkalis terhadap indikator pp 2-3 tetes.
ü Menambahkan 10 tetes minyak kelapa dan mengocok dengan kuat sehingga membentuk emulsi.
ü Ulangi percobaan dengan menggunakan 50 ml sebagai pengganti sabun.
Asam Lemak Padat
ü Melarutkan sabun sebanyak 10 ml daslam 40 ml air.
ü Tambahkan 3 tetes indikator MO ke dalam larutan sabun dan menambahkan H2SO4 encer tetes demi tetes sambil diaduk sampai larutan berwarna merah jambu.
ü Mendinginkan campuran dalam wadah berisi es sehingga asam lemak terbentuk sebagai zat padat.
HASIL PENGAMATAN
NO |
PERLAKUAN |
PENGAMATAN |
KESIMPULAN |
1 | Penyabunan Minyak Kelapa
|
||
2 | Kelarutan Sabun
I : Larutan I + CaCl2 II : Larutan I + Pb-asetat |
||
3 | Daya Mengemulsi Sabun
Sabun
Aquadest
|
||
4 | Pemisahan Asam Lemak Padat
|
Analisa Kuantitatif Minyak dan Lemak
Tujuan Percobaan
Untuk menentukan bilangan asam dan bilangan penyabunan pada minyak atau lemak.
Bahan :
ü Minyak kelapa,
ü Alkohol 95%,
ü KOH 0.1 N,
ü Indikator pp,
ü HCl 0.5 N.
Alat :
ü Erlenmeyer 250 ml,
ü Gelas ukur,
ü Pendingin balik,
ü Statif dan buret,
ü Bunsen,
ü Gelas arloji,
ü Pipet volume,
ü Pipet tetes,
ü Ball pipet.
Cara Kerja :
Bilangan Asam
ü Timbang 2,5 gram minyak kelapa, masukkan dalam erlenmeyer.
ü Tambahkan alkohol 95% sebanyak 5 ml, tutup dengan pendingin balik, dipanaskan sampai mendidih.
ü Larutan tersebut digojag untuk melarutkan asam lemak bebasnya, setelah dingin ditambahkan 3 tetes indikator pp.
ü Titrasi dengan larutan standard 0.1 N KOH.
Bilangan Penyabunan
ü Timbang 2 gram minyak kelapa, masukkan dalam erlenmeyer.
ü Tambahkan larutan KOH sebanyak 0.02 M sebanyak 25 ml, tutup dengan pendingin balik, dipanaskan sampai mendidih.
ü Larutan tersebut digojag untuk melarutkan asam lemak bebasnya, setelah dingin ditambahkan 3 tetes indikator pp.
ü Titrasi dengan larutan standard 0.5 N HCl.
HASIL PENGAMATAN
NO |
PERLAKUAN |
PENGAMATAN |
KESIMPULAN |
1 |
Penentuan Bilangan Asam
|
|
|
2 |
Penentuan Bilangan Penyabunan
|
|
|
BAB X
ENZIM
Salah satu fungsi yang paling menonjol dari protein adalah aktivitas enzim. Enzim berfungsi sebagai pengantar, pengendali, dan katalisator reaksi kimia dalam sel. Tekhnologi enzim sudah lama diketahui seperti pembuatan anggur, namun mekanisme kerja molekul enzim masih belum banyak diketahui.
Enzim pertama kali diperkenalkan Kuhnepada tahun 1978 dari Bahasa Yunani yang artinya di dalam ragi. Enzim dapat digunakan secara umum dalam kehidupan sehari-hari, seperti enzim untuk melunakkan daging, pembuatan keju dari susu dengan enzim renin (dari perut anak sapi) dan berbagai macam fermentasi.
Fungsi utama enzim adalah mengkatalisis pemindahan elektron atau atom atau gugus fungsional. Oleh sebab itu enzim diklasifikasikan berdasarkan berdasarkan jenis reaksi, pemindahan gugus pemberi dan gugus penerima, seperti :
- Reaksi oksidasi reduksi (enzim oksidoreduktase). Enzim bekerja pada pemindahan elektron pada oksidasi reduksi, seperti pemindahan gugus keton, aldehid, sulfur, HC-OH, CH-CH, C-NH, peroksida dan tiroksida. Enzim pada reaksi oksidasi seperti katalase, peroksida, dan tiroksida. Enzim pada reaksi reduksi seperti dehidrogenasi, suksinat, dehidrogenase, glutamat dehidrogenasi.
- Reaksi transferasi (enzim transferase). Enzim yang bereaksi pada pemindahan gugus fungsional atau transfer gugus radikal.
AB + C A + BC
Seperti enzim transglikosidase, transforforitase, transaminase, transmetilase.
- Reaksi hidrolisa (enzim hidrolase). Enzim bekerja pada pemindahan gugus fungsional ke air, misalnya ikatan ester, glikosida, peptide, dan C-N.
- Reaksi liase (enzim liase). Enzim bekerja pada penambahan gugus ke ikatan ganda atau sebaliknya, aktif dalam pemecahan ikatan C-C, C-O, misalnya dikarboksilase (C-C), karbonat anhidrase (C-O).
- Isomerase (enzim isomerase). Enzim yang bekerja pada pemindahan gugus ke dalam molekul, menghasilkan bentuk isomer dan mengkatalisis reaksi perubahan konfigurasi molekul dengan cara membentuk kembali atom dalam molekul substrat sehingga terbentuk molekul baru isomer dari substrat.
Misalnya :
aldosa ketosa
glukosa 6 p fruktosa 6 p (E. Fosfoheksosa isomerase)
glukosa 6 p manosa 6 p (E. Fosfomanosa isomerase)
- Ligase (enzim ligase). Enzim yang bekerja pada pembentukan ikatan C-C, C-S, C-O, dan C-N oleh reaksi kondensasi yang bekerja dengan penguraian ATP. Fungsi yang lain dari enzim yaitu merendahkan energi aktivasi, mempercepat reaksi dan mengendalikan reaksi. Enzim dapat mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi. Tanpa enzim reaksi akan berjalan sangat lambat. Akan tetapi enzim tidak merubah titik keseimbangan reaksi yang dikatalisis dan juga enzim tidak akan habis dipakai atau dirubah secara permanen. Dalam reaksi tersebut enzim juga dapat mengendalikan reaksi dengan cara, jika hasil reaksi mencapai optimal reaksi akan menurun.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah pH, suhu, kadar substrat, dan kadar enzim.
ü Faktor pH. pH berhubungan dengan sifat asam dan basa dari protein enzim (amfolitik) terutama pada gugus residu terminal karboksilat dan gugus terminal amonianya. Pada pH optimal enzim akan bekerja dengan dengan optimal. Beberapa jenis enzim optimal pada pH tinggi atau pH rendah tergantung lingkungan bekerja.
Contoh : enzim pepsin, enzim proteolitik pada cairan perut pH optimal 2.
ü Faktor suhu. Kecepatan reaksi akan naik selaras dengan naiknya suhu pada batas tertentu (optimal). Setiap kenaikan suhu 100C kecepatan reaksi naik 2X. Suhu mempunyai dua pengaruh yang saling berlawanan terhadap enzim. Pertama kenaikan suhu akan menaikkan aktivitas enzim, kedua kenaikan suhu akan menyebabkan dunaturasi yang menyebabkan enzim inaktif. Pada umumnya suhu kritis enzim terletak pada 550C-600C dan suhu optimal antara 250C-370C.
ü Kadar substrat. Laju reaksi mula-mula meningkat pada penambahan substrat dan akan mencapai laju maksimum. Penambahan substrat pada laju maksimum akan mengalami penurunan (kinetik kejenuhan). Proses katalis dalam keadaan jenuh substrat, hampir semua enzim dan kadar substrat mempunyai hubungan kurval hiperbola.
ü Kadar enzim. Pada keadaan yang sesuai kecepatan reaksi yang berbanding lurus dengan kadar enzim. Kecepatan tidak selalu seimbang dengan kadar enzim reaksi seimbang. Kecepatan reaksi seakan-akan 0. Bila substrat yang dikatalis enzim mengalami perubahan produk, maka tidak ada produk reaksi sebaliknya.
Analisis Enzimatik
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas enzimatik.
Bahan :
ü Gelatin 1%, 2%, 3%,
ü Papain 0.1%, 0.05%, 0.01%,
ü HgCl2,
ü HCl 10%,
ü 0.1 N NaOH,
ü Formalin,
ü pp,
ü Aquadest.
Alat :
ü Beaker glass 100 ml,
ü Erlenmeyer 250 ml,
ü Gelau ukur,
ü Pipet,
ü Alat titrasi,
ü Corong.
Cara Kerja :
Uji Pengaruh Suhu
ü Siapkan 4 erlenmeyer 250 ml, masing-masing diisi 5 ml gelatin 1%.
ü Erlenmeyer 1 diletakkan pada suhu 00C, erlenmeyer 2 diletakkan pada suhu kamar, erlenmeyer 3 diletakkan pada suhu 400C, dan erlenmeyer 4 diletakkan 750C selama 10 menit.
ü Masing-masing erlenmeyer ditambah 1 ml enzim papain 0.1% dalam waktu 15 menit, tambahkan HgCl2 10% beberapa tetes.
ü Tentukan kadar protein terlarut dengan metode formol.
Uji Pengaruh Keasaman
ü Siapkan 3 erlenmeyer 250 ml, masing-masing diisi 5 ml gelatin 1%.
ü Masing-masing erlenmeyer ditambah 1 ml enzim papain 0.1%, erlenmeyer 1 ditambah air, erlenmeyer 2 ditambah HCl 10%, erlenmeyer 3 ditambah Na2CO3 sebanyak 1 ml.
ü Digojog dan dibiarkan selama 15 menit.
ü Tentukan kadar protein terlarut dengan metode formol.
Uji Pengaruh Konsentrasi Enzim
ü Siapkan 3 erlenmeyer 250 ml, masing-masing diisi 10 ml gelatin 2%.
ü Erlenmeyer 1 ditambah enzim papain 0.1%, erlenmeyer 2 ditambah 0.05%, erlenmeyer 3 ditambah enzim papain 0.1% sebanyak 1 ml.
ü Dibiarkan selama 15 menit sambil digojog.
ü Tentukan kadar protein terlarut dengan metode formol.
Uji Pengaruh Konsentrasi Substrat
ü Siapkan 3 erlenmeyer 250 ml.
ü Erlenmeyer 1 diisi gelatin 1%, erlenmeyer 2 diisi gelatin 2%, erlenmeyer 3 diisi gelatin 3%.
ü Masing-masing erlenmeyer ditambah enzim papain 0.1%.
ü Tentukan kadar protein terlarut dengan metode formol.
Penentuan kadar protein terlarut dengan metode formol :
- Masing-masing bahan dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml, diencerkan sampai tanda batas, digojog sampai homogen.
- Ambil 10 ml larutan, masukkan dalam erlenmeyer 250 ml, tambahkan 2 tetes pp, titrasi dengan 0.1 N NaOH sampai berwarna merah jambu.
- Tambahkan 5 ml formalin 10%, titrasi dengan 0.1 N NaOH sampai merah jambu.
- Buat blangko dari 10 ml aquadest dan tambahkan 2 tetes pp titrasi dengan 0.1 N NaOH.
HASIL PENGAMATAN
Hasil Titrasi Pengaruh Suhu
BAHAN |
00C |
Suhu kamar (250C) |
400C |
750C |
Gelatin 1% + papain 0.1% |
Hasil Titrasi Pengaruh Keasaman
BAHAN |
Air |
HCl |
Na2CO3 |
Gelatin 1% + papain 0.1% |
Hasil Titrasi Pengaruh Konsentrasi Enzim
Enzim – Substrat |
Enzim Papain 0.01% |
Enzim Papain 0.05% |
Enzim Papain 0.1% |
Gelatin 2% |
Hasil Titrasi Pengaruh Konsentrasi Substrat
Enzim – Substrat |
Gelatin 1% |
Gelatin 2% |
Gelatin 3% |
Enzim papin 0.1% |