PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA KEPERAWATAN UNMUH JEMBER

PETUNJUK PRAKTIKUM

KIMIA KEPERAWATAN

 

 

Disusun Oleh :

TIM MATA KULIAH KIMIA KEPERAWATAN

 

 

 

 

 

 

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2010

 

PERCOBAAN I

MODEL ATOM

 

Tujuan Percobaan

Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui beberapa gugus fungsional yang ada.

 

Dasar Teori

Gugus atom tertentu memiliki sifat kimia yang sedikit sekali bergantung pada kerangka molekul yang dilekatinya. Gugus atom ini dinamakan gugus fungsi (functional group). Gugus hidroksil –OH ialah salah satu contoh gugus fungsi, dan senyawa dengan gugus ini yang melekat pada kerangka karbon disebut alkohol. Dalam kebanyakan reaksi organik, beberapa perubahan kimia terjadi pada beberapa gugus fungsi, tetapi sisa molekulnya tetap seperti struktur aslinya. Dengan dipertahankannya sebagian besar rumus struktur selama reaksi kimia sangat menyederhanakan kajian kimia organik. Ini memungkinkan kita untuk memusatkan perhatian terhadap kimiawi berbagai gugus fungsi.

 

Prosedur Percobaan

Gambar contoh senyawa dalam beberapa gugus fungsi menggunakan model atom. Identitas bola atom :

Elemen            : H : O : C : N : S

Valensi            : 1 : 2 : 4 : 3 : 2

Warna              : Putih : Merah : Hitam : Biru : Kuning

 

Beberapa gugus fungsional yang dipraktekkan antara lain :

 

NO

NAMA

RUMUS MOLEKUL

CONTOH

1

Alkana CnH2n+2 Propana : C3H8

2

Alkena CnH2n Etena : CH2 = CH2

3

Alkuna CnH2n-2 Propuna : CH         C – CH3

4

Alkohol R – OH Etanol : C2H5OH

5

Fenol C6H6 – OH 2-metil fenol

6

Senyawa Aromatik C6H6 Benzena

7

Eter R – O – R Etil metil eter : CH3-O-C2H5

8

Sulfida R – S – R Dietil sulfida : C2H5-S-C2H5

9

Aldehid RCOH Etanal : CH3COH

10

Keton RCOR Aseton :CH3COCH3

11

Asam Karboksilat RCOOH Asam semut : HCOOH

12

Ester RCOOR Methyl asetat : CH3COOCH3

13

Amina RCNH2 Etil amina : C2H5 – NH2

14

Monosakarida C6H12O6 Glukosa : C6H12O6

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PERCOBAAN II

ANALISA KUALITATIF

 

Kimia Analisis

Kimia analisis adalah bagian dari ilmu kimia yang mengadakan penyelidikan pada suatu zat anorganik yang bbelum dikenal.

Kimia analitis dibagi menjadi dua bagian :

  1. Analisa Kualitatif

Analisa kimia yang mengadakan penyelidikan tentang unsur-unsur atau gugusan atom atau molekul-molekul yang terdapat di dalam zat itu.

  1. Analisa Kuantitatif

Analisa kimia yang mengadakan penyelidikan tentang perbandingan unsur-unsur atau gugusan/molekul yang terdapat di dalam zat itu.

Dalam kimia analitis pertama kali harus dilaksanakan analisa kualitatif dan apabila telah selesai baru dilakukan analisa kuantitatif.

 

Analisa Kualitatif

Ada beberapa cara analisa kualitatif, tetapi pada prinsipnya mengandung persamaan yaitu pertama kali mengadakan pemisahan kation-kation kemudian golongan-golongan dengan menggunakan reagent tertentu hingga terbentuk endapan yang kemudian dipisahkan oleh filtratnya. Penyelidikan diteruskan dengan pemberian reagent tertentu ke dalam filtrat hingga terbentuk endapan lagi dan seterusnya.

Endapan yang berasal dari tiap golongan diperiksa lagi, pemeriksaan dilakukan melalui pemisahan kation dengan reagent tertentu hingga sebagian dari endapan melarut dan larutan yang diperoleh diperiksa dengan pemberian suatu reagent tertentu. Adanya katipn tertentu dapat dikenal karena terbentuknya gas yang dikenal.

Pemeriksaan anion dilakukan dengan mengadakan reaksi khusus dengan reagent tertentu, hingga terbentuk endapan dengan warna tertentu atau terbentuk gas tertentu yang dikenal.

Dalam analisa kualitatif, kita tidak melakukan penyelidikan kation-kation atau anion-anion dari suatu zat yang tidak dikenal, tetapi hanya melakukan cara-cara :

ü  Reaksi pengenalan kation berdasarkan pengendapan dan warna persenyawaan yang terbentuk.

ü  Reaksi pengenalan anion berdasarkan pengendapan dan warna persenyawaan yang terbentuk.

 

Cara Kerja :

Reaksi Pengenalan Kation

Dalam reaksi berikut ini hendaknya diperhatikan warna dan endapan yang terbentuk.

  1. Reaksi Pengenalan kation Ag+

Larutan yang diperiksa           : AgNO3.

Larutan reagent                       : NaCl; NaOH; KI; KBr.

  1. Reaksi Pengenalan kation Hg+

Larutan yang diperiksa           : HgCl2.

Larutan reagent                       : NaOH; NH4OH; KI.

  1. Reaksi Pengenalan kation Pb2+

Larutan yang diperiksa           : Pb asetat (PbCH3COO).

Larutan reagent                       : NaOH; NaCl; K2SO4; K2CrO4.

  1. Reaksi Pengenalan kation Cu2+

Larutan yang diperiksa           : CuSO4.

Larutan reagent                       : NaOH; KI; K4Fe(CN)6; NaCl

 

Reaksi Pengenalan Anion

  1. Reaksi Pengenalan anion CO32-

Larutan yang diperiksa           : Kristal Na2CO3.

Larutan reagent                       : H2SO4 pekat, alirkan gas yang timbul ke dalam larutan Ca(OH)2.

  1. Reaksi Pengenalan anion SO42-

Larutan yang diperiksa           : K2SO4.

Larutan reagent                       : BaCl2 dan HCl encer.

  1. Reaksi Pengenalan anion S2O32-

Larutan yang diperiksa           : Na2S2O3.

Larutan reagent                       : HCl encer, gas yang timbul diperiksa dengan kertas saring yang dibasahi larutan KIO3 dan amilum.

  1. Reaksi Pengenalan anion Cl, Br, I

Larutan yang diperiksa           : AgNO3.

Larutan reagent                       : NaCl; NaBr; NaI.

  1. Reaksi Pengenalan anion NO3

Larutan yang diperiksa           : KNO3

Larutan reagent                       : H2SO4 dan FeSO4

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

VOLUMETRI

 

Pengertian Umum

Volumetri atau titrasi adalah salah satu bagian dari analisa kuantitatif di mana buret dipergunakan sebagai alat pengukur. Buret diisi dengan larutan yang dikenal (larutan titrasi) yang direaksikan dengan larutan yang tak dikenal yang disebut menitrasi.

Akhir reaksi dinyatakan oleh suatu indikator, yang berubah warna pada lingkungan  titik ekuivalen. Perubahan warna dari indikator menyatakan titik akhir dari penetrasi itu. Kadang-kadang zat itu sendiri bertindak sebagai indikator, misalnya pada permanganometri, karena larutan KMnO4 mempunyai warna yang jelas dan pada akhir titrasi perubahan warna jelas terlihat, tak perlu menggunakan indikator.

Kadar larutan titrasi (normalitasnya) ditetapkan oleh zat murni yang mempunyai rumus tertentu, disebut titer pokok (primary standard). Larutan normal adalah larutan yang mengandung 1 gram ekuivalen/liter (1 grek/L). Banyaknya grek dari suatu gram molekul zat tergantung pada reaksi khusus yang terjadi pada suatu reaksi.

Contoh :

ü    Pada Alkalimetri

Na2CO3 + 2 HCl ——– 2 NaCl + H2CO3

1 grl Na2CO3 = 2 grek.

ü  Pada Asidimetri

H2SO4 + 2 NaOH ——– Na2SO4 + 2 H2O

1 grl H2SO4 = 2 grek.

Guna normalitas adalah untuk mempermudah perhitungan titrasi. Apabila larutan titrasi dan N normal digunakan v ml, maka telah dipakai vN grek larutan titrasi, yang berarti bahwa zat yang diperiksa (dititrasi) juga mengandung van m grek.

Cara-cara volumetric yang terpenting adalah :

ü  Asidimetri dan Alkalimetri,

ü  Permanganometri,

ü  Jodometri,

ü  Titrasi endapan argentometri.

 

 

 

Kesalahan Titrasi

Kesalahan titrasi terjadi tidak hanya karena petunjuk indikator yang keliru, tetapi dapat juga karena kesalahan-kesalahan menimbang, mengencerkan dan memipet, serta tetes terakhir.

Kesalahan Menimbang

Bila kita memperhatikan peraturan saat menimbang, maka berat yang akan ditetapkan dapat teliti hingga 0.1 mg, zat yang ditimbang paling sedikit 200 mg supaya kesalahan relatif yang terjadi paling sedikit 0.1%.

Kesalahan Mengencerkan atau Memipet

            Pada penetapan titrasi seringkali kita menimbang suatu zat yang banyaknya cukup untuk beberapa kali peniteran zat itu kemudian kita larutkan dalam sebuah labu ukur menjadi satu volume tertentu dan selanjutnya kita ambil dengan pipet ukur. Karena tidak ada labu ukur dan pemipet yang sempurna, maka hasil yang dicapai kurang sempurna jika dibandingkan dengan menimbang atau membuat larutan baru untuk tiap titrasi.

Kesalahan Tetes Terakhir

Karena buret tidak dapat dialirkan lebih dari satu tetes secara bersama, maka ketelitian yang kita capai dibatasi oleh besarnya volume dari tetes itu. Volume satu tetes untuk buret biasa adalah kurang lebih 0.05 ml, maka untuk pemakaian cairan sebanyak 40 ml ketelitian relatif yang dicapai 0.125%.

 

Beberapa hal yang perlu diketahui pada penetapan volumetri :

  1. Untuk pengukuran cairan di dalam volumetric digunakan jenis alat gelas erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, dan buret. Labu ukur dipakai untuk pekerjaan teliti, sedangkan pipet ukur dan gelas ukur apabila kurang begitu penting ketelitiannya.
  2. Menetapkan sikap volume. Pembacaan miniskus pada buret untuk caitan tak berwarna pada bagian bawah, sedangkan untuk cairan berwarna pada bagian atasnya.
  3. Jangan memegang bejana untuk pekerjaan volumetric yang teliti dengan telapak tangan, karena akan memenuhi dan merubah isinya, tetapi peganglah pada lehernya.
  4. Jangan mengeringkan bejana volumetric di dalam oven, akan tetapi keringkan alat ini dengan alkohol dan jaga jangan sampai bagian dalam bejana berlemak.

 

 

 

 

ALKALIMETRI DAN ASIDIMETRI

 

Reaksi Pokok : H+ + OH

 

Asam dengan konsentrasi tak dikenal dititrasi dengan basa yang dikenal disebut alkalimetri, sebaliknya jika basa dengan konsentrast tak dikenal dengan asam yang dikenal disebut asidimetri, digunakan netralitas di mana pH pada 1 grek asam telah bereaksi dengan 1 grek basa atau sebaliknya dan pH tidak selalu 7. Asam lemah yang dinetralisir dengan basa kuat bernilai pH 7, karenanya pemilihan indikator sangat penting. Dalam hal seperti ini hendaknya digunakan indikator yang berubah warna pada pH lebih dari 7.

Indikator yang umum digunakan adalah :

TABEL

 

Asam lemah harus dititrasi dengan basa kuat dan menggunakan indikator pHpH. Basa lemah dengan asam kuat menggunakan indikator MM atau MJ, dan NH4OH sebaiknya dengan MJ. Asam kuat dan basa kuat sebaiknya menggunakan MM atau pHpH.

 

Larutan Titrasi :

Basa    : 0.1 N NaOH atau KOH disimpan dalam botol yang bebas gas CO2.

Asam   : 0.1 N HCl atau H2SO4.

 

Cara Kerja untuk Alkalimetri :

ü  Penentuan Kadar Asam Cuka dalam Larutan.

Pipet 15 ml larutan asam cuka (CH3COOH) dan titrasi dengan 0.1 N KOH atau NaOH menggunakan indikator pHpH (3 tetes). Hitung kadar asam tersebut dalam gram/liter.

ü  Penentuan Kadar Asan Sulfat dalam Larutan

Pipet 15 ml larutan asam sulfat yang diperiksa dan dititrasi dengan 0.1 N KOH dengan indikator pHpH (3 tetes).

Cara Kerja untuk Asidimetri

ü  Penentuan Kadar Amonia dalam Larutan.

Pipet 20 ml larutan NH4OH, titrasi dengan 0.1 N HCl dengan indikator pHpH (3 tetes). Tentukan kadar NH4OH dalam gram/liter.

ü  Penentuan Kadar Air Kristal dalam Soda Berkristal.

Timbang 1.5 gram soda (Na2CO3xH2O), larutkan dalam labu ukur 100 ml, pipet 10 ml dan titrasikan dengan menggunakan 0.1 N HCl dengan indikator pHpH (3 tetes). Hitung jumlah molekul air kristal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PERCOBAAN IV

PENENTUAN pH LARUTAN

 

Untuk menentukan keasaman suatu larutan digunakan suatu skala yang disebut pH. Makin masam suatu larutan, makin kecil harga pHnya. Secara kualitatif, pH larutan dapat ditentukan dengan indikator kertas lakmus, penolpthalen, methyl merah, dan secara kuantitatif dapat digunakan indikator universal dan pH meter.

Di dalam penghitungan pH digunakan rumus :

  1. Asam Kuat      : (H+) = n.C —————– pH = – log n.C.
  2. Basa Kuat       : (OH) = n.C —————- pOH = – log n.C ——– pH = 14 – pOH.
  3. Asam Lemah   : (H+) = V Ka.C ————– pH = ½ (pKa – log C).

 

Cara Kerja :

ü  Buat latutan HCl 0.01 M; 0.001 M; dari larutan HCl 0.1 M, demikian juga dengan larutan  NaOH, CH3COOH. Uji masing-masing larutan menggunakan kertas lakmus, pHpH, MM, indikator universal, dan pH meter. Catat warna dan harga pH larutan.

ü  Bandingkan warna dan harga pH larutan CH3COOH dengan larutan HCl dan NaOH.

ü  Bandingkan harga pH aquadest (netral) dengan harga pH larutan asam dan basa.

 

NO

Larutan (M)

Lakmus

pHpH

MM

IU

pH meter

1

HCl 0.1          

2

HCl 0.01          

3

HCl 0.001          

4

NaOH 0.1          

5

NaOH 0.01          

6

NaOH 0.001          

7

CH3COOH 0.1          

8

CH3COOH 0.01          

9

CH3COOH 0.001          

10

Aquadest          

 

 

 

PERCOBAAN V

MEMBUAT DAN MENYELIDIKI BEBERAPA SIFAT GAS AMONIA

 

Ada berbagai cara membuat gas amonia di laboratorium, salah satu di antaranya dengan memanaskan campuran Amonium klorida, Natrium hidroksida, dan kapur tohor (CaO).

 

Cara Kerja :

  1. Timbang 1,5 gram NH4Cl, 1,5 gram NaOH, dan 1 sendok kapur, lalu masukkan ke dalam labu destilasi dan pasang labu destilasi pada statif dan klem di atas alat pemanas. Tutup semua lubang agar gas yang terbentuk tidak keluar.
  2. Panaskan campuran tersebut. Uji gas yang terbentuk dengan mendekatkan ujung lidi yang telah dicelupkan ke dalam HCl pekat.
  3. Tampunglah gas dengan erlenmeyer yang terbalik sampai gas terhambur keluar. Masukkan erlenmeyer dengan posisi terbalik ke dalam beaker glass yang berisi air dan phenolpthalen 2 tetes, gerakkan naik turun. Perhatikan perubahan warna yang terjadi dan catat warna larutan tersebut. Tuliskan reaksi yang terjadi!

 

HASIL PENGAMATAN

 

NO LARUTAN PERUBAHAN WARNA PERSAMAAN REAKSI
1 NH4Cl + NaOH + CaO    
2 NH3 + H2O    
3 NH3 + HCl    

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PERCOBAAN VI

PENENTUAN KEMURNIAN ZAT

Penentuan Titik Cair Suatu Zat

Mencair adalah suatu proses perubahan susunan persenyawaan padat menjadi bentuk cair. Dalam proses mencair dibutuhkan energi untuk memecahkan ikatan di antara molekul atom yang membentuk persenyawaan tersebut. Persenyawaan dengan ikatan ion membutuhkan energi pemecah lebih besar dibanding persenyawaan kovalen. Hal ini karena struktur persenyawaan ion terdiri dari ion positif dan ion negatif yang berikatan sangat kuat sehingga butuh energi yang sangat besar untuk memecahkan ikatan itu, misalnya NaCl. Ikatan ion juga membutuhkan suhu tinggi untuk mencair. Senyawa kovalen mempunyai titik cair yang lebih rendah dari pada senyawa ion, misalnya metana (CH4). Hal ini karena strukturnya terdiri dari molekul yang terikat oleh dua gaya.

 

Penentuan Titik Didih Suatu Zat

Mendidih adalah merupakan suatu perubahan fase dari cair menjadi gas. Mendidih memerlukan energi yang lebih besar untuk memecahkan ikatan-ikatannya. Persenyawaan berikatan ion mempunyai titik didih lebih tinggi daripada kovalen nonpolar.

 

Daftar Titik Didih dan Titik Cair Suatu Zat

 

ZAT

TITIK CAIR ( 0C )

TITIK DIDIH ( 0C )

Asam Asetat

16.7

Benzena

5.49

80.5

Fenol

42

60.5

Kapur Barus

160

Etil Eter

34.6

Etanol

78.3

Aseton

56.1

Khloroform

61.2

Toluen

110.8

 

 

Cara Kerja :

Penentuan Titik Cair Secara Langsung

ü  Siapkan gelas piala 400 ml dan diisi dengan butir-butir es dan garam secukupnya.

ü  Ambil tabung reaksi dan diisi dengan asam asetat 3 ml.

ü  Masukkan tabung tersebut ke dalam gelas piala yang berisi butiran es dan aduk asam tersebut dengan menggunakan termometer perlahan-lahan da tetap.

ü  Setelah cairan dalam tabung membeku, panaskan dengan cara menggenggam tabung dengan tangan sampai terjadi perbandingan banyaknya cairan dan zat beku 1 : 1 dan catatlah suhunya.

Penentuan Titik Didih Toluena

ü  Jepit tabung reaksi dan termometer 3600C sedemikian rupa.

ü  Isi tabung dengan larutan toluene sebanyak 3 ml.

ü  Panaskan secara hati-hati menggunakan api kecil dan usahakan agar uap tidak keluar dari tabung, bila perlu cabutlah apinya.

ü  Amati kenaikan dan bila konstan catatlah suhunya.

Penentuan Titik Didih Cairan X

ü  Mintalah sebuah contoh zat kepada asisten.

ü  Tentukan titik didihnya dengan cara 2 dan catat hasilnya, laporkan kepada asisten zat apa yang saudara periksa sesuai dengan daftar titik didih pada tabel.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PERCOBAAN VII

ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT

 

Tujuan

Untuk mengetahui adanya karbohidrat dan jenis karbohidrat dalam suatu bahan.

 

Bahan :

ü  Sukrosa (gula tebu)                 : KI

ü  Laktosa (susu sachet)              : CuSO4 5%

ü  Selulosa (tisu)                          : CH3COOH 5 %

ü  Fruktosa (pisang)                    : HCl 5%

ü  Polisakarisa (kentang rebus)

Alat :

ü  Tabung reaksi,

ü  Mortar dan stamper,

ü  Rak tabung reaksi,

ü  Pipet tetes,

ü  Pipet volume,

ü  Porselin tetes,

ü  Ball pipet,

ü  Tissue,

ü  Gelas ukur,

ü  Penjepit kayu,

ü  Kertas label,

ü  Bunsen.

 

Cara Kerja :

Persiapan Bahan

ü  Bahan (susu dan gula tebu) dilarutkan ke dalam aquadest 100 ml.

ü  Bahan (pisang) dikerok, diambil 5 gram, kemudian dilarutkan dalam aquadest 100 ml.

ü  Bahan (kentang) dihaluskan, diambil 5 gram, kemudian dilarutkan ke dalam aquadest 100 ml.

ü  Bahan (tisu) dilarutkan ke dalam aquadest 100 ml.

 

Pengujian Bahan

Uji Yodium

ü  Siapkan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi bahan dan label sesuai dengan bahan sebanyak 2 ml.

ü  Masing-masing bahan dalam tabung reaksi ditetesi 1 ml larutan yodium.

ü  Amati perubahan yang terjadi, reaksi positif endapan berwarna merah bata.

Uji Barfoet

ü  Siapkan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi bahan dan label sesuai dengan bahan sebanyak 2 ml.

ü  Masing-masing tabung ditambahi 1 ml reagent Barfoet (CH3COOH 5 %).

ü  Panaskan menggunakan bunsen selama 5 – 10 menit.

ü  Didinginkan, lihat perubahan yang terjadi, reaksi positif endapan berwarna merah bata.

Uji Selliwanof

ü  Siapkan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi bahan dan label sesuai dengan bahan sebanyak 2 ml.

ü  Masing-masing tabung ditambahi 1 ml reagent Selliwanof (HCl 5%).

ü  Panaskan menggunakan bunsen selama 5 – 10 menit.

ü  Didinginkan, lihat perubahan yang terjadi, reaksi positif endapan berwarna merah bata.

 

HASIL PENGAMATAN

 

BAHAN

UJI YODIUM

UJI BARFOET

UJI SELLIWANOF

Endapan/Tidak

Warna

Endapan/Tidak

Warna

Endapan/Tidak

Warna

Susu            
Gula tebu            
Pisang            
Tissue            
Kentang            

 

 

 

BAB VIII

ANALISA KUANTITATIF KARBOHIDRAT

 

Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui jumlah gula reduksi pada suatu bahan.

 

Bahan :

ü  Sukrosa (gula tebu )               : KI

ü  Laktosa (susu sachet)             : H2SO4 25%

ü  Fruktosa (pisang)                   : HCl 3%

ü  Polisakarida (kentang rebus)  : Na2CO3 5%

ü  Indikator kanji                                   : Natrium Thiosulfat 0.1 N

ü  Aquadest

Alat :

ü  Mortar dan stamper,

ü  Erlenmeyer 250 ml,

ü  Corong kaca,

ü  Kertas saring,

ü  Pengaduk,

ü  Sendok,

ü  Pipet volume,

ü  Gelas ukur,

ü  Buret dan statif,

ü  Lampu spiritus,

ü  Penangas air,

ü  Beaker glass 500 ml,

ü  Labu ukur 250 ml,

ü  Pipet tetes.

 

Cara Kerja :

ü  Bahan dihancurkan, timbang 2,3 gram.

Bahan sukrosa (gula tebu), laktosa (susu sachet), polosakarida (kentang rebus) setelah dihancurkan kemudian dipanaskan dengan HCl 3% sebanyak 10 ml.

ü  Larutan tersebut dimasukkan dalam labu ukur 250 ml, tambah aquadest sampai tanda batas.

ü  Dibiarkan beberapa menit, saring, ambil 20 ml dimasukkan dalam erlenmeyer, ditambah 20 ml larutan Na2CO3 5%.

ü  Erlenmeyer dihubungkan dengan pemanas, dididihkan selama 10 menit dari saat mendidih.

ü  Didinginkan, tambah 12 ml KI, 20 ml H2SO4 25%.

ü  Yodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Natrium thiosulfat (Na2S2O4) 0.1 N dengan indikator kanji 1,6 ml.

 

Jumlah gula reduksi = Titrasi blangko – Titrasi sampel (Lihat Tabel)

 

Reaksi yang terjadi :

  1. R – COH + CuO                        Cu2O + R – COOH
  2. H2SO4 + CuO                        CuSO4 + H2O
  3. CuSO4 + 2 KI                        CuI2 + K2SO4
  4. 2 CuI2                         CuI2 + I2 + amilum (biru)
  5. I2 + Na2S2O4                        Na2S2O4 + NaI (putih)

 

HASIL PENGAMATAN

 

BAHAN

Titrasi Natrium Thiosulfat

Bangko – Sampel

mg gula reduksi

Gula tebu      
Susu bubuk      
Pisang      
Kentang      

 

 

 

 

 

 

 

Tabel  :           Penentuan gula reduksi (glukosa, fruktosa) dalam bahan menurut Metode

Luff Schorlf.

 

MI 0.1 N

Na Thiosulfat

Glukosa,

Fruktosa gula reduksi (mg)

Selisih (mg)

1

2,4

2,4

2

4,8

2,4

3

7,2

2,5

4

9,7

2,5

5

12,2

2,5

6

14,7

2,5

7

17,2

2,6

8

19,8

2,6

9

22,4

2,6

10

25,0

2,7

11

27,6

2,7

12

30,4

2,7

13

33,0

2,7

14

35,7

2,8

15

38,5

2,8

16

41,3

2,9

17

44,2

2,9

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IX

LEMAK DAN MINYAK

 

Lemak dan minyak merupakan eter dari asam lemak dan gliserol, disebut juga trigliserida atau triester gliserol. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedang dalam tumbuhan berupa minyak. Lemak dan minyak dapat dihasilkan dari pemecahan jaringan (daging) tumbuh dengan tekanan tinggi atau dengan ekstraksi. Di samping itu lemak hewan didapat dari pemanasan dengan air pada suhu tinggi sehingga lemak akan mengapung di atas dan kemudian dimurnikan dan filtrasi.

 

Asam lemak pilihan dan sumbernya :

 

NAMA ASAM

STRUKTUR

SUMBER

Jenuh
Butirat CH3(CH2)2CO2H Lemak susu
Palmitat CH3(CH2)14CO2H Lemak hewani dan nabati
Stearat CH3(CH2)16CO2H Lemak hewani dan nabati
Tak Jenuh
Palmioleat CH3(CH2)5CH = CH(CH2)7CO2H Lemak hewani dan nabati
Olaet CH3(CH2)7CH = CH(CH2)7CO2H Lemak hewani dan nabati

 

Sifat lemak dan minyak di antaranya :

Sifat Fisika :

ü  Keduanya tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mempunyai rasa.

ü  Berat jenisnya lebih kecil dari pada air.

ü  Mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol.

ü  Lemak merupakan pelarut organik yang baik, sehingga banyak digunakan untuk ekstraksi minyak esteris untuk parfum.

Sifat Kimia :

ü  Dapat dihidrolisa menggunakan oleh pemanasan yang tinggi, atau oleh asam atau basa serta enzim lipase.

ü  Dapat mengalami reaksi ransiditas atau ketengikan.

ü  Hidrogenasi dari minyak, karena mengandung laktan rangkap, maka bila dihidrogenasi menjadi padat.

 

Untuk menganalisa lemak dan minyak menggunakan :

Angka Penyabunan

ü  Bilangan yang menyatakan berapa miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak.

ü  Dapat digunakan untuk menentukan massa rumus rata-rata dari lemak.

ü  Untuk mengetahui banyaknya massa yang diperlukan dalam pembuatan sabun.

Angka Asam

ü  Bilangan yang menyatakan berapa miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat pada 1 gram lemak.

ü  Untuk menentukan tingkat keasaman dari lemak.

ü  Untuk menentukan sifat tengik dari lemak.

Bilangan Reichert Meissl

Bilangan yang meyatakan beberapa mililiter 0.1 N basa kuat yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak yang mudah menguap yang larut dalam air pada hidrolisa 5 gram lemak.

Angka Iodium

ü  Bilangan yang menyatakan berapa gram iodium yang harus ditambahkan pada 100 gram lemak sampai wana iodiumnya tidak hilang.

ü  Bilangan yang menyatakan berapa gram iodium yang dapat diadisi oleh 100 gram lemak.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Analisa Kualitatif Minyak dan Lemak

 

Tujuan Percobaan :

ü  Mengetahui reaksi penyabunan minyak kelapa dengan NaOH.

ü  Mengetahui kelarutan sabun dalam larutan CaCl2 dan larutan Pb-asetat.

ü  Mengetahui daya mengemulsidari sabun.

ü  Memisahkan asam lemak padat dari larutan sabun dengan penambahan larutan H2SO4.

 

Bahan :

ü  Minyak kelapa,

ü  NaOH,

ü  CaCl2,

ü  Pb-asetat,

ü  H2SO4,

ü  MO, dan

ü  Pp.

Alat :

ü  Erlenmeyer,

ü  Beaker glass,

ü  Pipet volume,

ü  Gelas ukur,

ü  Pipet tetes.

 

Cara Kerja :

Penyabunan Minyak Kelapa

ü  Panaskan 25 gram minyak kelapa sambil diaduk, lakukan pemanasan di atas bunsen sampai minyak berwarna kuning jernih.

ü  Tambahkan larutan NaOH yang terbuat dari 7 gram NaOH dalam 7 ml aquadest.

ü  Dinginkan campuran tersebut menuangkan 50 ml air jika penyabunan telah selesai.

ü  Menggunakan larutan sabun yang didapatkan untuk percobaan-percobaan selanjutnya.

Kelarutan Sabun

ü  Mengambil 10 ml larutan sabun dan menetralkan dengan larutan asam cuka tetes demi tetes. Melakukan pengujian dengan kertas indikator pH.

ü  Membagi larutan menjadi 2 bagian :

Larutan I         : Ditambah 10 tetes CaCl2.

Larutan II        : Ditambah Pb-asetat.

ü  Amati perubahan yang terjadi pada masing-masing larutan dan membedakan keduanya.

Daya Mengemulsi Sabun

ü  Melarutkan 2 gram sabun dalam 50 ml air sehingga larutan bereaksi alkalis terhadap indikator pp 2-3 tetes.

ü  Menambahkan 10 tetes minyak kelapa dan mengocok dengan kuat sehingga membentuk emulsi.

ü  Ulangi percobaan dengan menggunakan 50 ml sebagai pengganti sabun.

Asam Lemak Padat

ü  Melarutkan sabun sebanyak 10 ml daslam 40 ml air.

ü  Tambahkan 3 tetes indikator MO ke dalam larutan sabun dan menambahkan H2SO4 encer tetes demi tetes sambil diaduk sampai larutan berwarna merah jambu.

ü  Mendinginkan campuran dalam wadah berisi es sehingga asam lemak terbentuk sebagai zat padat.

 

HASIL PENGAMATAN

 

NO

PERLAKUAN

PENGAMATAN

KESIMPULAN

1 Penyabunan Minyak Kelapa

  • Minyak kelapa dipanaskan. (Larutan I)
  • Larutan I + NaOH. (Larutan II)
  • Larutan II + aquadest
   
2 Kelarutan Sabun

  • Larutan sabun + asam cuka. (Larutan I)
  • Larutan dibagi 2 :

I : Larutan I + CaCl2

II : Larutan I + Pb-asetat

   
3 Daya Mengemulsi Sabun

Sabun

  • Sabun + aquadest. (Larutan I)
  • Larutan I + Indikator pp (Larutan II)
  • Larutan II + minyak kelapa.

Aquadest

  • Aquadest + indikator pp. (Larutan I)
  • Larutan I + minyak kelapa.
   
4 Pemisahan Asam Lemak Padat

  • Aquadest + sabun + MO. (Larutan I)
  • Larutan I + H2SO4 encer.
  • Larutan didinginkan.
   

 

 

Analisa Kuantitatif Minyak dan Lemak

 

Tujuan Percobaan

Untuk menentukan bilangan asam dan bilangan penyabunan pada minyak atau lemak.

 

Bahan :

ü  Minyak kelapa,

ü  Alkohol 95%,

ü  KOH 0.1 N,

ü  Indikator pp,

ü  HCl 0.5 N.

Alat :

ü  Erlenmeyer 250 ml,

ü  Gelas ukur,

ü  Pendingin balik,

ü  Statif dan buret,

ü  Bunsen,

ü  Gelas arloji,

ü  Pipet volume,

ü  Pipet tetes,

ü  Ball pipet.

 

Cara Kerja :

Bilangan Asam

ü  Timbang 2,5 gram minyak kelapa, masukkan dalam erlenmeyer.

ü  Tambahkan alkohol 95% sebanyak 5 ml, tutup dengan pendingin balik, dipanaskan sampai mendidih.

ü  Larutan tersebut digojag untuk melarutkan asam lemak bebasnya, setelah dingin ditambahkan 3 tetes indikator pp.

ü  Titrasi dengan larutan standard 0.1 N KOH.

Bilangan Penyabunan

ü  Timbang 2 gram minyak kelapa, masukkan dalam erlenmeyer.

ü  Tambahkan larutan KOH sebanyak 0.02 M sebanyak 25 ml, tutup dengan pendingin balik, dipanaskan sampai mendidih.

ü  Larutan tersebut digojag untuk melarutkan asam lemak bebasnya, setelah dingin ditambahkan 3 tetes indikator pp.

ü  Titrasi dengan larutan standard 0.5 N HCl.

 

HASIL PENGAMATAN

 

NO

PERLAKUAN

PENGAMATAN

KESIMPULAN

1

Penentuan Bilangan Asam

  • Minyak + alkohol 95%. (Larutan I)
  • Larutan I dipanaskan pada pendingin balik. (Larutan II)
  • Larutan II diaduk, didinginkan + indikator pp. (Larutan III)
  • Larutan III dititrasi dengan KOH

 

 

2

Penentuan Bilangan Penyabunan

  • Minyak + KOH 0.02 M. (Larutan I)
  • Larutan I dipanaskan pada pendingin balik. (Larutan II)
  • Larutan II diaduk, didinginkan + indikator pp. (Larutan III)
  • Larutan III dititrasi dengan HCl

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB X

ENZIM

 

Salah satu fungsi yang paling menonjol dari protein adalah aktivitas enzim. Enzim berfungsi sebagai pengantar, pengendali, dan katalisator reaksi kimia dalam sel. Tekhnologi enzim sudah lama diketahui seperti pembuatan anggur, namun mekanisme kerja molekul enzim masih belum banyak diketahui.

Enzim pertama kali diperkenalkan Kuhnepada tahun 1978 dari Bahasa Yunani yang artinya di dalam ragi. Enzim dapat digunakan secara umum dalam kehidupan sehari-hari, seperti enzim untuk melunakkan daging, pembuatan keju dari susu dengan enzim renin (dari perut anak sapi) dan berbagai macam fermentasi.

Fungsi utama enzim adalah mengkatalisis pemindahan elektron atau atom atau gugus fungsional. Oleh sebab itu enzim diklasifikasikan berdasarkan berdasarkan jenis reaksi, pemindahan gugus pemberi dan gugus penerima, seperti :

  1. Reaksi oksidasi reduksi (enzim oksidoreduktase). Enzim bekerja pada pemindahan elektron pada oksidasi reduksi, seperti pemindahan gugus keton, aldehid, sulfur, HC-OH, CH-CH, C-NH, peroksida dan tiroksida. Enzim pada reaksi oksidasi seperti katalase, peroksida, dan tiroksida. Enzim pada reaksi reduksi seperti dehidrogenasi, suksinat, dehidrogenase, glutamat dehidrogenasi.
  2. Reaksi transferasi (enzim transferase). Enzim yang bereaksi pada pemindahan gugus fungsional atau transfer gugus radikal.

AB + C                A + BC

Seperti enzim transglikosidase, transforforitase, transaminase, transmetilase.

  1. Reaksi hidrolisa (enzim hidrolase). Enzim bekerja pada pemindahan gugus fungsional ke air, misalnya ikatan ester, glikosida, peptide, dan C-N.
  2. Reaksi liase (enzim liase). Enzim bekerja pada penambahan gugus ke ikatan ganda atau sebaliknya, aktif dalam pemecahan ikatan C-C, C-O, misalnya dikarboksilase (C-C), karbonat anhidrase (C-O).
  3. Isomerase (enzim isomerase). Enzim yang bekerja pada pemindahan gugus ke dalam molekul, menghasilkan bentuk isomer dan mengkatalisis reaksi perubahan konfigurasi molekul dengan cara membentuk kembali atom dalam molekul substrat sehingga terbentuk molekul baru isomer dari substrat.

Misalnya :

aldosa               ketosa

glukosa 6 p               fruktosa 6 p (E. Fosfoheksosa isomerase)

glukosa 6 p                manosa 6 p (E. Fosfomanosa isomerase)

  1. Ligase (enzim ligase). Enzim yang bekerja pada pembentukan ikatan C-C, C-S, C-O, dan C-N oleh reaksi kondensasi yang bekerja dengan penguraian ATP. Fungsi yang lain dari enzim yaitu merendahkan energi aktivasi, mempercepat reaksi dan mengendalikan reaksi. Enzim dapat mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi. Tanpa enzim reaksi akan berjalan sangat lambat. Akan tetapi enzim tidak merubah titik keseimbangan reaksi yang dikatalisis dan juga enzim tidak akan habis dipakai atau dirubah secara permanen. Dalam reaksi tersebut enzim juga dapat mengendalikan reaksi dengan cara, jika hasil reaksi mencapai optimal reaksi akan menurun.

 

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah pH, suhu, kadar substrat, dan kadar enzim.

ü  Faktor pH. pH berhubungan dengan sifat asam dan basa dari protein enzim (amfolitik) terutama pada gugus residu terminal karboksilat dan gugus terminal amonianya. Pada pH optimal enzim akan bekerja dengan dengan optimal. Beberapa jenis enzim optimal pada pH tinggi atau pH rendah tergantung lingkungan bekerja.

Contoh : enzim pepsin, enzim proteolitik pada cairan perut pH optimal 2.

ü  Faktor suhu. Kecepatan reaksi akan naik selaras dengan naiknya suhu pada batas tertentu (optimal). Setiap kenaikan suhu 100C kecepatan reaksi naik 2X. Suhu mempunyai dua pengaruh yang saling berlawanan terhadap enzim. Pertama kenaikan suhu akan menaikkan aktivitas enzim, kedua kenaikan suhu akan menyebabkan dunaturasi yang menyebabkan enzim inaktif. Pada umumnya suhu kritis enzim terletak pada 550C-600C dan suhu optimal antara 250C-370C.

ü  Kadar substrat. Laju reaksi mula-mula meningkat pada penambahan substrat dan akan mencapai laju maksimum. Penambahan substrat pada laju maksimum akan mengalami penurunan (kinetik kejenuhan). Proses katalis dalam keadaan jenuh substrat, hampir semua enzim dan kadar substrat mempunyai hubungan kurval hiperbola.

ü  Kadar enzim. Pada keadaan yang sesuai kecepatan reaksi yang berbanding lurus dengan kadar enzim. Kecepatan tidak selalu seimbang dengan kadar enzim reaksi seimbang. Kecepatan reaksi seakan-akan 0. Bila substrat yang dikatalis enzim mengalami perubahan produk, maka tidak ada produk reaksi sebaliknya.

Analisis Enzimatik

 

Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas enzimatik.

 

Bahan :

ü  Gelatin 1%, 2%, 3%,

ü  Papain 0.1%, 0.05%, 0.01%,

ü  HgCl2,

ü  HCl 10%,

ü  0.1 N NaOH,

ü  Formalin,

ü  pp,

ü  Aquadest.

Alat  :

ü  Beaker glass 100 ml,

ü  Erlenmeyer 250 ml,

ü  Gelau ukur,

ü  Pipet,

ü  Alat titrasi,

ü  Corong.

 

Cara Kerja :

Uji Pengaruh Suhu

ü  Siapkan 4 erlenmeyer 250 ml, masing-masing diisi 5 ml gelatin 1%.

ü  Erlenmeyer 1 diletakkan pada suhu 00C, erlenmeyer 2 diletakkan pada suhu kamar, erlenmeyer 3 diletakkan pada suhu 400C, dan erlenmeyer 4 diletakkan 750C selama 10 menit.

ü  Masing-masing erlenmeyer ditambah 1 ml enzim papain 0.1% dalam waktu 15 menit, tambahkan HgCl2 10% beberapa tetes.

ü  Tentukan kadar protein terlarut dengan metode formol.

Uji Pengaruh Keasaman

ü  Siapkan 3 erlenmeyer 250 ml, masing-masing diisi 5 ml gelatin 1%.

ü  Masing-masing erlenmeyer ditambah 1 ml enzim papain 0.1%, erlenmeyer 1 ditambah air, erlenmeyer 2 ditambah HCl 10%, erlenmeyer 3 ditambah Na2CO3 sebanyak 1 ml.

ü  Digojog dan dibiarkan selama 15 menit.

ü  Tentukan kadar protein terlarut dengan metode formol.

Uji Pengaruh Konsentrasi Enzim

ü  Siapkan 3 erlenmeyer 250 ml, masing-masing diisi 10 ml gelatin 2%.

ü  Erlenmeyer 1 ditambah enzim papain 0.1%, erlenmeyer 2 ditambah 0.05%, erlenmeyer 3 ditambah enzim papain 0.1% sebanyak 1 ml.

ü  Dibiarkan selama 15 menit sambil digojog.

ü  Tentukan kadar protein terlarut dengan metode formol.

Uji Pengaruh Konsentrasi Substrat

ü  Siapkan 3 erlenmeyer 250 ml.

ü  Erlenmeyer 1 diisi gelatin 1%, erlenmeyer 2 diisi gelatin 2%, erlenmeyer 3 diisi gelatin 3%.

ü  Masing-masing erlenmeyer ditambah enzim papain 0.1%.

ü  Tentukan kadar protein terlarut dengan metode formol.

 

Penentuan kadar protein terlarut dengan metode formol :

  1. Masing-masing bahan dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml, diencerkan sampai tanda batas, digojog sampai homogen.
  2. Ambil 10 ml larutan, masukkan dalam erlenmeyer 250 ml, tambahkan 2 tetes pp, titrasi dengan 0.1 N NaOH sampai berwarna merah jambu.
  3. Tambahkan 5 ml formalin 10%, titrasi dengan 0.1 N NaOH sampai merah jambu.
  4. Buat blangko dari 10 ml aquadest dan tambahkan 2 tetes pp titrasi dengan 0.1 N NaOH.

 

 

 

 

 

 

 

 

HASIL PENGAMATAN

 

Hasil Titrasi Pengaruh Suhu

BAHAN

00C

Suhu kamar

(250C)

400C

750C

Gelatin 1% + papain 0.1%        

 

Hasil Titrasi Pengaruh Keasaman

BAHAN

Air

HCl

Na2CO3

Gelatin 1% + papain 0.1%      

 

Hasil Titrasi Pengaruh Konsentrasi Enzim

Enzim – Substrat

Enzim Papain 0.01%

Enzim Papain 0.05%

Enzim Papain 0.1%

Gelatin 2%      

 

Hasil Titrasi Pengaruh Konsentrasi Substrat

Enzim – Substrat

Gelatin 1%

Gelatin 2%

Gelatin 3%

Enzim papin 0.1%      

 

 

By aimarusciencemania

LAPORAN PKL Unmuh Jember FKIP BIOLOGI 2009

LAPORAN

 PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

MUSEUM BIOLOGI DAN RUMAH JAMUR YOGYAKARTA

Disusun guna untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Disusun Oleh :

 

 

KELOMPOK I

 

Ketua                       : Aini Maskuro          (0910211107)

Anggota                   :Nur Imamah              (0910211088)

                                 Febriyanti Dian K       (0910211068)

Eka Fitria                    (0910211091)

Nurdina Rizki A         (0910211099)

Nur Evi Agustin         (0910211067)

M Juri                         (0910211097)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Jl. Karimata 49 Telp. (0331) 336728 Fax. 337957 Kotak Pos 104 Jember 68121


 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kelompok kami bisa menyelesaikan tugas Laporan Praktek Lapangan di dua tempat yaitu di Museum Biologi dan Rumah Jamur Yogjakarta dengan baik.

Dalam penulisan laporan ini banyak pihak yang ikut memberikan bantuan baik spiritual maupun material. Oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :

  1. Bapak Ir. Elfien Herryanto, M.P selaku Kepala Jurusan Biologi FKIP Bio Unmuh Jember, penanggung jawab dan dosen pendamping PKL Yogjakarta.
  1. Bapak Ir. Arief Noor Akhmadi, M.P selaku dosen pendamping PKL Yogjakarta
  2. Seluruh panitia praktek lapangan yang telah bekerja dengan baik.
  3. Pihak travel “Alfita Jaya” yang telah memberikan transportasi selama praktek lapangan berlangsung.
  4. Seluruh teman-teman Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Jember khusunya yang menempuh mata kuliah PKL yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Kami sadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan praktek lapangan ini tidak secara otomatis sempurna, oleh karena itu masukan, kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya semoga hasil penulisan laporan ini bermanfaat dan dapat memperkaya perbendaharaan pengetahuan kita, khususnya mahasiswa biologi, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember dan para pembaca yang lain.

Jember, Mei 2012

Penulis


 

DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….. iii

BAB I      PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………. 1

1.3 Tujuan Praktek Pengalaman Lapangan……………………………….. 2

1.3 Manfaat Praktek Pengalaman Lapangan……………………………… 3

1.4 Tahapan-tahapan Praktek Pengalaman Lapangan…………………. 3

BAB II   TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah dan Deskripsi Museum Biologi Yogjakarta……………… 4

2.2 Deskripsi Rumah Jamur Sleman Yogjakarta………………………… 6

BAB III   MATERI DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Praktek Lapangan………………………………… 23

3.2 Materi  Praktek………………………………………………………………… 23

3.2.1 Alat…………………………………………………………………………. 23

3.2.3 Bahan……………………………………………………………………… 23

BAB IV   HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan…………………………………………………………….. 24

4.2 Pembahasan…………………………………………………………………….. 30

BAB V    PENUTUP

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….. 36

5.2 Saran……………………………………………………………………………… 36

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….39

LAMPIRAN……………………………………………………………………………………… 40

BAB I  PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Penerapan teori tanpa diadakan praktek langsung ke lapangan, tentu sangat menyimpang dari konsep pembelajaran Contekstual Teacher Learning dan pendekatan Lingkungan. Dengan di adakan praktek  langsung ke lapangan diharapkan dapat membuat mahasiswa/ peserta didik memperoleh pengalaman langsung mengenai objek belajar Biologi.Sehingga pembelajaran Biologi dapat menjadi bermakna. Hal tersebut telah dilakukan oleh Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Jember angkatan 2009.

Adapun objek kajian field trip atau karya wisata adalah Museum Biologi Yogjakarta dan rumah jamur Sleman-Yogjakarta. Di Museum Biologi Yogjakarta mahasiswa ditugaskan untuk mengamati awetan koleksi hewan dan tumbuhan yang terdapat disana.Selain itu mahasiswa juga menyimak penjelasan dari nara sumber di Museum Biologi Yogjakarta.

Kegiatan serupa juga dilakukan di rumah jamur Sleman-Yogjakarta, mahasiswa dapat menyerap pengetahuan langsung dari pemateri di sana tentang cara budidaya jamur dan produk olahan dari berbagai jenis jamur. Observasi langsung dimulai dengan pemaparan materi dari nara sumber kemudian dilanjutkan dengan pengamatan langkah-langkah budidaya jamur dan diakhiri dengan mengunjugi stand produk jejamuran yang telah disediakan di sana.

1.2   Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1)        Koleksi apa saja yang terdapat di Museum Biologi dan bagaimana pengelolaannya?

2)        Bagaimana teknik budidaya dan pengolahan produk pasca panen dari jamur?

3)

1.3  Tujuan Praktek Kerja Lapangan

  1. Tujuan Umum

–       Untuk mengetahui secara langsung bermacam-macam marga dan jenis serta suku-suku flora dan fauna awetan  yang menjadi koleksi  di Museum Biologi Yogjakarta dan teknik pengelolahannya.

–       Untuk mengetahui secara langsung bermacam-macam jamur  yang dibudidayakan , teknik budidaya, dan  pengolahan produk pasca panen dari jamur di Rumah jamur Sleman- Yogjakarta.

–       Untuk mengetahui manfaat dari jamur khususnya bagi kesejahteraan manusia.

  1. Tujuan Khusus

–       Sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL).

1.4     Manfaat Praktek Kerja  Lapangan

Berdasarkan tujuan yang tertulis di atas maka manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut :

  1. Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung bermacam-macam marga dan jenis serta suku-suku flora dan fauna awetan  yang menjadi koleksi  di Museum Biologi Yogjakarta dan teknik pengelolahannya.
  2. Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung bermacam-macam jamur  yang dibudidayakan , teknik budidaya, dan  pengolahan produk pasca panen dari jamur di Rumah jamur Sleman- Yogjakarta.
  3. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari jamur khususnya bagi kesejahteraan manusia.


1.5    Tahapan-tahapan Praktek Kerja Lapangan

 

 


BAB II   TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1 Sejarah singkat dan deskripsi Museum Biologi Yogjakarta

Museum merupakan sebuah wahana ilmu pengetahuan dan pendidikan. Sejalan dengan semangat itu, maka pendirian Museum Biologi sangat tepat sebagai sarana edukasi bagi para pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum untuk mempelajari Biologi, khususnya keanekaragaman hayati.  Sejak tahun 1956, kedua museum ini bersama-sama berada di bawah Fakultas Biologi, UGM, Yogyakarta yang kala itu masih bertempat di Ndalem Mangkubumen, Ngasem. kondang dengan sebutan Fakultas “Kompleks Ngasem”.

Pada perkembangan selanjutnya, atas prakarsa Dekan Fakultas Biologi Ir. Suryo Adisewoyo (Alm.), bertepatan dengan Dies Natalis Fakultas Biologi UGM, pada tanggal 20 September 1969, diresmikanlah Museum Biologi yang terletak di Jalan Sultan Agung No. 22 Kecamatan Mergangsan, Kotamadya Yogyakarta, Yogyakarta.

Peresmian dilakukan oleh Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Soeroso H. Prawirohardjo, M.A. (Alm.). Museum Biologi UGM mulai dibuka untuk umum sejak 1 Januari 1970. Tahun 1969 – 2001, pengelolaan Museum Biologi ini berada di bawah tanggungjawab Drs. Anthon Sukahar sebagai ketua tim pelaksana sekaligus Direktur Museum yang pertama. Berturut-turut merupakan pengganti Drs. Anthon Sukahar yaitu :

  • Prof. Dr. Mammed Sagi (2001 – 2003)
  • Dr. RC. Hidayat Soesilohadi, MS (2003 – 2004)
  • Dr. L. Hartanto Nugroho, M.Agr. (2004 – 2008)
  • Drs. Trijoko, M.Si. (2008 – 2010)
  • Ludmilla Fitri Untari, S.Si., M.Si. (2010 – 2011)
  • Donan Satria Yudha, S.Si., M.Sc. (2012 – sekarang)
  • Koleksi Museum Biologi UGM ini mengkhususkan pada koleksi flora (70%) dan fauna (30%) = 3.752 spesimen.
  • Koleksi herbarium : herbarium kering (1672 spesies dari 180 familia), herbarium basah (350 buah), dan fosil kayu; meliputi koleksi tumbuhan rendah (Cryptogamae) sampai dengan koleksi tumbuhan tinggi (Spermatophyta).
  • Koleksi hewan (1125 spesimen) : beberapa koleksi merupakan binatang langka dan wajib dilindungi, misalnya komodo, harimau, beruang madu, trenggiling, burung cendrawasih, dan buaya putih.

Di Museum Biologi dapat dijumpai pula beberapa kotak Diorama.

  • Di dalam setiap Diorama, terdapat satu jenis atau sekelompok hewan yang berlatar belakang habitat mereka yang diilustrasikan pada gambar tiga dimensi.
  • Dengan menyaksikan Diorama ini, maka dapat dibayangkan kehidupan nyata dan habitat hewan-hewan tersebut.

Peranan Museum Biologi sebagai Wahana Pendidikan

  • Sebagai sebuah museum mengkhususkan dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan serta merupakan salah satu tujuan wisata, maka Museum Biologi UGM bertujuan untuk:
  • Menyimpan koleksi hayati untuk keperluan pendidikan.
  • Menyelenggarakan peragaan ilmiah.
  • Mengadakan pameran untuk umum sebagai sarana pengabdian masyarakat.
  • Museum Biologi sebagai sumber informasi keanekaragaman hayati.
  • Museum Biologi sebagai media pembelajaran keanekaragaman hayati dan konservasi.

Jam buka Museum Biologi Yogjakarta

Senin – Kamis jam 07.30 – 13.30 WIB

Jum’at             jam 07.30 – 11.00 WIB

Sabtu               jam 07.30 – 12.00 WIB

Minggu                        jam 08.00 – 12.00 WIB

Hari Libur Nasional Tutup (Hand Out Presentasi Kunjungan Museum Biologi Yogjakarta)

4.2 Deskripsi Rumah Jamur Sleman Yogjakarta

4.2.1 Macam-macam jamur yang dapat di konsumsi

Jamur tiram (Pleurotus sp) atau yang lebih dikenal dengan sebutan oyster mushroom memiliki bentuk tubuh yang menyerupai cangkang kerang atau tiram dengan bagian tepi yang bergelombang. Jenis jamur ini cukup mudah untuk dibudidayakan, sehingga banyak digemari para konsumen maupun pelaku usaha.

Manfaat : Jamur tiram merupakan jamur konsumsi yang paling sering dimanfaatkan menjadi aneka makanan olahan jamur. Biasanya jamur tiram diolah menjadi sate jamur, keripik jamur tiram, gule jamur, jamur crispy, dll.

  • Jamur Kuping

Jamur kuping (Auricularia sp) merupakan jenis jamur yang memiliki kandungan protein mineral, dan vitamin yang cukup tinggi serta bebas kolesterol. Jamur jenis ini bisa dibudidayakan di daerah beriklim dingin sampai panas, dengan suhu rata-rata 20-30ºC dan kelembapan 80-90%. Selain dijual dalam keadaan segar, jamur kuping kering juga laku dipasaran dengan harga yang cukup mahal.

Manfaat : Jamur kuping sering dimanfaatkan sebagai bahan campuran ketika memasak soup jamur, sayur kimlo, keripik jamur, nasi goreng jamur, tauco jamur, sukiyaki, dan bakmi jamur dengan cita rasa yang sangat lezat. Selain itu jamur kuping hitam juga dimanfaatkan sebagai obat sakit jantung, pembuluh darah dengan endapan (aterosklerqsis), penurun kolesterol dan trigliserid, antiplatelet dan antipengentalan darah, serta sebagai antipendarahan.

  • Jamur Shitake

Jamur shitake (Lentinus sp) sering disebut juga dengan nama hioko atauChinese black mushroom. Jamur jenis ini bisa tumbuh di gelondongan kayu atau dibudidayakan dengan media berupa serbuk gergaji kayu.

Manfaat : Jamur shitake dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan pangan untuk sayur lalapan atau dimasak menjadi aneka makanan olahan jamur. Selain itu jamur shitake juga dimanfaatkan sebagai obat, karena mengandung lentinen yang berfungsi sebagai anti-kanker.

  • Jamur Lingzhi

Jamur lingzhi (Ganoderma sp) merupakan salah satu jenis jamur yang dikenal masyarakat sebagai jamur obat. Bahkan saat ini jamur yang memiliki bentuk seperti kipas ini disebut sebagai raja obat dari jamur, karena khasiatnya dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit.

Manfaat : Jamur lingzhi merupakan bahan obat yang sering digunakan sebagai campuran minuman atau dibuat dalam bentuk kapsul. Kandungan senyawa yang terdapat dalam jamur lingzhi berkhasiat meningkatkan kesehatan dan kebugaran konsumennya, serta bisa juga sebagai pencegah kanker dan mencuci bahan-bahan beracun yang ada di dalam tubuh.

  • Jamur Maitake

Jamur Maitake (Grifola sp) memiliki sebutan khusus yaitu “Hens of the wood” atau ayam betina dari kayu. Sebutan ini diberikan karena bentuk jamur maitake sangat mirip dengan jengger ayam. Seperti halnya pada jamur lingzhi, jamur maitake juga dikenal masyarakat sebagai bahan obat.

Manfaat : Kandungan senyawa pada jamur maitake dipercaya memiliki kemampuan sebagai anti-kanker dan anti-HIV. Biasanya pemanfaatan jamur maitake bisa berupa ekstrak maupun dalam bentuk serbuk.

2. Golongan Jamur Kompos

Jamur merang (Volvariella sp) merupakan jamur kompos yang banyak digemari masyarakat. Biasanya jamur ini tumbuh ditumpukan jerami yang membusuk pada saat musim panen padi berlangsung. Untuk membudidayakannya bisa menggunakan jerami atau merang, limbah kapas, limbah kertas, ampas sagu, atau serbuk gergaji kayu.

Manfaat : Jamur merang dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan pangan yang diolah menjadi aneka macam masakan jamur. Seperti diolah menjadi soup jamur, tumis jamur, sate jamur, dll.

  • Jamur Champignon/Jamur Kancing

Jamur champignon (Agaricus sp) biasa disebut juga jamur kancing. Bentuk jamur ini sekilas sangat mirip dengan jamur merang, yang membedakannya hanya pada batang jamur kancing terdapat bentuk yang menyerupai cincin, serta memiliki warna putih bersih.

Manfaat : Rasanya yang nikmat membuat jamur champignon digemari para konsumen sebagai salah satu bahan makanan yang sehat dan kaya manfaat. Biasanya jamur kancing ini digunakan sebagai bahan campuran dalam sebuah masakan.

Setelah mengetahui macam-macam jamur dan manfaatnya. Kini saatnya Anda menentukan jenis jamur apa yang ingin Anda budidayakan sebagai peluang usaha. Semoga informasi ini bermanfaat, selamat berkarya dan salam sukses.

4.2.2 Kandungan gizi jamur

Berikut berbagai hasil penelitian mengenai komposisi dan kandungan gizi jamur tiram :

Penelitian di Massachusett University menyimpulkan bahwa riboflavin, asam Nicotinat, Pantothenat, dan biotin (Vitamin B) masih terpelihara dengan baik meskipun jamur telah dimasak. Hasil penelitian dari Beta Glucan Health Center menyebutkan bahwa jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mengandung senyawa Pleuran (di Jepang, jamur tiram disebut Hiratake sebagai jamur obat), mengandung protein (19-30%), karbohidrat (50-60%), asam amino, vit B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B3 (Niacin), B5 (asam panthotenat), B7 (biotin), Vit C dan mineral Calsium, Besi, Mg, Fosfor, K, P, S, Zn. Dapat juga sebagai antitumor, menurunkan kolesterol, dan antioksidan.

Para peneliti dari Ujagar Group (India) menyimpulkan bahwa jamur tiram memiliki nilai nutrisi yang sangat bagus dengan alas an 100% sayuran dan bersih, mengandung protein tinggi dan kaya vitamin-mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori, bagus untuk liver, pasien diabetes, dan menurunkan berat badan, berserat tinggi membantu pencernaan, antiviral dan antikanker, mudah memasaknya dan mudah dicerna, dan jamur tiram merupakan jamur yang paling enak rasanya dibanding jamur pangan lainnya.

Hasil penelitian Departemen Sain, Kementerian Industri Thailand menunjukkan bahwa jamur tiram (Oyster mushroom) mempunyai kandungan: protein 5,94 persen, karbohidrat 50,59 persen, serat 1,56 persen, lemak 0,17 persen, abu 1,14 persen. Setiap 100 gram jamur tiram segar mengandung 45,65 kalori, 8,9 miligram (mg) kalsium, 1,9 mg besi, 17,0 mg fosfor, 0,15 mg vitamin B-1, 0,75 mg vitamin B-2, dan 12,40 mg Vitamin C. Jamur juga mengandung folic acid yang cukup tinggi, konon mampu menyembuhkan anemia.

Hasil dari penelitian Bobek (1999) dari Research Institute of Nutrition Bratislava tentang “Natural products with hypolipemic and anti oxidant effect”. Telah dilakukan studi pada sebuah grup dengan 57 laki-laki: perempuan = 1:1, usia setengah umur, dengan kasus hyperlipoproteinemia. Selama satu bulan mereka mengonsumsi 10 gram jamur tiram secara teratur. Kesimpulan, secara statistik sangat menjanjikan, yakni kolesterol dan serum turun 12,6 persen dan triglycerol turun 27,2 persen. Jamur tiram juga mempunyai efek antioksidan dengan turunnya hasil peroksidasi di dalam eritrosit.

Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian, kandungan gizi jamur tiram terdiri atas protein rata-rata sebanyak 3.5 – 4 % dari berat basah. Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Bila diukur berat kering kandungan proteinnya 19-35%. Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%, susu sapi 25.2%.

Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu (1)lisin (2) metionin (3) triptofan (4) threonin (5) valin (6) leusin (7) isoleusin (8) histidin dan (9)fenil alanin. 72% lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh, sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol maupun gangguan metabolism lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak.

Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C dan D. Vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium dan Magnesium yang mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jamur tiram kandungannya lemah sehingga jamur aman dikosumsi setiap hari.

Tabel komposisi dan Kandungan Nutrisi Jamur Tiram per 100 gram

Zat Gizi Kandungan
Kalori (energi)

Protein

Karbohidrat

Lemak

Tianin

Riboflavin

Niasin

Ca (kalsium)

K (kalium)

P (posfor)

Na (natrium)

Fe (zat besi)

Serat367 kal

10,5-30,4 %

56,6 %

1,7-2,2 %

0,2 mg

4,7-4,9 mg

77,2 mg

314 mg

3,793 mg

717 mg

837 mg

3,4-18,2 mg

7,5-87 %

 

4.2.3 Teknik Budidaya Jamur

Dalam melaksanakan Budidaya Jamur Tiram ada beberapa proses dan kegiatan yang dilaksanakan antara lain:

  1. Persiapan Bahan

Bahan yang harus dipersiapkan diantaranya serbuk gergaji, bekatul, kapur, gips, tepung jagung, dan glukosa.

  1. Pengayakan

Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian mempunyai tingkat keseragaman yang kurang baik, hal ini berakibat tingkat pertumbuhan miselia kurang merata dan kurang baik. Mengatasi hal tersebut maka serbuk gergaji perlu di ayak. Ukuran ayakan sama dengan untuk mengayak pasir (ram ayam), pengayakan harus mempergunakan masker karena dalam serbuk gergaji banyak tercampur debu dan pasir.

  1. Pencampuran

Bahan-bahan yang telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan dicampur dengan serbuk gergaji selanjutnya disiram dengan air sekitar 50 – 60 % atau bila kita kepal serbuk tersebut menggumpal tapi tidak keluar air. Hal ini menandakan kadar air sudah cukup.

  1. Pengomposan

Pengomposan adalah proses pelapukan bahan yang dilakukan dengan cara membumbun campuran serbuk gergaji kemudian menutupinya dengan plastic.

  1. Pembungkusan (Pembuatan Baglog)

Pembungkusan menggunakan plastik polipropilen (PP) dengan ukuran yang dibutuhkan. Cara membungkus yaitu dengan memasukkan media ke dalam plastik kemudian dipukul/ditumbuk sampai padat dengan botol atau menggunakan filler (alat pemadat) kemudian disimpan.

  1. Sterilisasi

Sterilisasi dilakukan dengan mempergunakan alat sterilizer yang bertujuan menginaktifkan mikroba, bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada suhu 90 – 100 derajat C selama 12 jam.

  1. Inokulasi (Pemberian Bibit)

Inokulasi adalah kegiatan memasukan bibit jamur ke dalam media jamur yang telah disterilisasi. Baglog ditiriskan selama 1 malam setelah sterilisasi, kemudian kita ambil dan ditanami bibit diatasnya dengan mempergunakan sendok makan/sendok bibit sekitar + 3 sendok makan kemudian diikat dengan karet dan ditutup dengan kapas. Bibit Jamur Tiram yang baik yaitu:

–                 Varitas unggul

–                 Umur bibit optimal 45 – 60 hari

–                 Warna bibit merata

–                 Tidak terkontaminasi

  1. Inkubasi (masa pertumbuhan miselium) Jamur Tiram

Inkubasi Jamur Tiram dilakukan dengan cara menyimpan di ruangan inkubasi dengan kondisi tertentu. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih merata, biasanya media akan tampak putih merata antara 40 – 60 hari.

  1. Panen Jamur Tiram

Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal, pemanenan ini biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh calon jamur. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya dan mempermudah pemasaran.

Adapun faktor syarat tumbuh jamur

  1. 1.             Iklim

a)             Secara alami, jamur tiram Pleurotus ditemukan di hutan dibawah pohon berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu. Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak dan remang-remang, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah.

b)             Kelembaban ruangan optimal 90-96% yang harus dipertahankan dengan menyemprotkan air secara teratur.

c)             Suhu udara untuk pertumbuhan miselia adalah 23-28 derajat C dan untuk pertumbuhan tubuh buah adalah 13-15 derajat C     

  1. 2.             Media Tanam

Secara tradisional, di Jepang, bibit ditanam di dalam lubang atau garisan di kayu kering. Pengeringan dilakukan dengan tenaga sinar matahari atau listrik. Dalam budidaya modern, media tumbuh berupa kayu tiruan (log) yang dibuat dalam bentuk silinder. Komposisi media ini berupa sumber kayu (gergaji kayu, ampas tebu), sumber gula (tepung-tepungan), kapur, pupuk P dan air.  

  1. 3.             Ketinggian Tempat 

Kondisi di atas lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl. Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidaklah mustahil asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan keperluan jamur.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

  1. 1.            Pembibitan

Sumber Bibit :

a)             Sumber alamiDipakai untuk media tradisional. Batang kayu yang telah ditumbuhi jamur dilembabkan, kemudian dirajang sepanjang 5-10 cm dan lebar 1-2 cm. Potongan disebarkan ke batang kayu lain yang dijadikan media tumbuh.

b)             SporaSpora terbentuk di tudung/payung bagian bawah. Tudung/payung yang berumur 3 hari dihancurkan di dalam air bersih. Cara penggunaan cairan ini ada 2 macam:

–          cairan ini dapat digunakan langsung sebagai bibit;

–          cairan disiramkan ke media yang tersusun dari serbuk gergaji dan kukusan jagung/padi. Setelah diinapkan beberapa hari, miselium akan tumbuh menyelimuti media dan siap digunakan.

c)             Biakan murni Cara ini menghasilkan bibit berkualitas.

  1. Siapkan media Potato Dextrose Agar (PDA) yang terdiri atas ekstrakt kentang 1 liter (1 kg kentang digodog dengan 1 liter air, lalu disaring), gula dekstrosa 20 gram, ekstrak ragi 5 gram (dapat diganti dengan 400 ml air ragi tetapi air kentang jadi 600 ml) dan agar-agar batang 20%. Media lain yang bahan mudah didapat terdiri atas 1/4 kg kentang, 1/4 kg bawang bombay, 1/4 kg aci, 1 sendok makan gips dan 3 bungkus agar-agar kecil. Panaskan campuran media tersebut untuk melarutkan agar-agar. Masukkan 15 cc media ke dalam tabung reaksi 25 cc kemudian disterilkan dalam autoklaf pada temperatur 121 derajat C, tekanan 1,5 selama 15 menit atau dengan dikukus pada temperatur 100 derajat C  selama 8 jam.Biarkan media PDA sampai hangat tetapi masih cair. Buka sedikit cawan petri bagian atas, masukkan segera media ke dalam cawan petri steril secara aseptik. Tutup cawan petri dengan cepat. Setelah agar membeku, balikkan posisi cawan petri. Media ini disebut dengan media lempeng agar.
  2. Ambil tubuh buah berumur 3 hari (diameter sekitar 10 cm) yang sehat, mulus dan bagian sisinya tidak berkerut. Lepaskan stipe/bilah di bagian bawah tubuh buah. Ambil potongan bilah dengan pinset steril dan letakkan di tengah media lempeng agar yang telah disiapkan. Inkubasikan media di dalam inkubator pada temperatur 28 derajat C. Pada hari ke 2, miselium mulai tumbuh dan pada hari ke 5 seluruh permukaan media tertutupi miselium. Biakan murni ini disebut dengan bibit F1.
  3. Pengerjaan seluruh proses di atas harus aseptik/bersih untuk menghindari tumbuhnya jamur yang tidak dikehendaki. Sebelum digunakan alat-alat berupa pisau atau pinset harus dibakar di atas api. Sebaiknya pengerjaan dilakukan di dalam laminar flow atau transfer box yang dijamin kebersihannya.
  4. Pembiakan murni jamur tiram ini sudah dibuat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Unpad, Jurusan Biologi ITB dan PAU Mikrobiologi ITB. Bibit jamur murni bisa disimpan sampai 6 bulan pada temperatur sekitar 4 derajat C.

Pembuatan Bibit Jamur F2 Bahan-bahan untuk media bibit F2 adalah:a)      Jagung tumbuk atau padi bergabah = 60%.b)      Serbuk gergaji = 38%.c)      Kapur = 0,5-1%.d)      Gips = 0,1-1%. Sebelum dicampurkan, jagung tumbuk/padi direndam semalam dan dikukus 2 jam sampai mekar. Media dimasukkan ke dalam toples bekas jam.Satu lempeng agar bibit F1 dibagi menjadi delapan bagian. 1 bagian dimasukkan ke dalam media di atas dengan miselium menempel pada media. Setelah 2-4 minggu seluruh media ditumbuhi miselium dan siap ditanam ke log.   Pembuatan Bibit Jamur F3 Walaupun bibit F2 lebih baik daripada F3, banyak petani jamur yang menggunakan bibit F3 untuk ditanamkan ke dalam log. Media untuk bibit F3 berupa log dengan komposisi media dan cara pembuatan yang sama dengan log produksi, hanya ukuran plastiknya sekitar 1 kg. Bibit F3 dibuat dengan menambahkan 2 sendok makan bibit F2 ke bagian atas log, lalu diinkubasikan selama 1 bulan sampai miselium memenuhi seluruh permukaan log. Bibit F3 siap ditanamkan ke log produksi. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan steril di dalam laminar flow atau transfer box.

  1. 2.             Pengolahan Media Tanam
  2. Persiapan Untuk 80 log diperlukan bahan-bahan seperti di bawah ini:

–       Serbuk gergaji atau ampas tebu halus=100 kg

–       Tepung jagung=10 kg

–       Dedak halus=10 kg

–       Pupuk SP36=0,5 kg

–       Gips=0,5 kg

–       Air=50-60% Bahan-bahan kecuali air dicampur merata, tambahkan air sampai media dapat dikepal.

  1. Pembuatan Log Media dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan panas kapasitas 1,5-2 kg sampai Media harus dipadatkan agar terbentuk log yang baik. Ikat mulut plastik dengan karet tahan panas dan sterilkan.
  2. Sterilisasi Log Sterilisasi perlu dilakukan agar media bebas dari mikroba lainnya. Terdapat dua cara sterilisasi yaitu: a)   Sterilisasi pada temperatur 100derajat C selama 8 jam dengan cara mengukus. Biasanya digunakan drum kapasitas 50 logyang dipanaskan dengan kompor minyak tanah. b)   Sterilisasi pada temperatur 121derajat C selama 15 menit dengan menggunakan otoklaf atau dandang bertekanan uap.
    1. 3.        Teknik Penanaman

Penanaman Bibit Buka bagian atas log yang telah disterilkan. Hamparkan 1-2 sendok makan bibit jamur F3 atau F2. Gunakan sendok yang telah dipanaskan di atas api. Rapatkan kembali plastik bagian atas. Masukkan cincin dari bambu berdiameter 3 cm dan tinggi 1 cm ke dalam plastik yang dirapatkan tersebut. Isi lubang yang terbentuk dengan kapas. Tutup kapas beserta cincin dengan kertas koran dan ikat. Penyimpanan Log Jika kita akan menyimpan log di dalam bangunan  maka masa tanam jamur tiram tidak diatur oleh kondisi iklim dan dapat dilakukan setiap saat.  Log yang sudah ditanami bibit harus disimpan di tempat yang menunjang pertumbuhan  miselium dan tubuh buah. Bangunan untuk menyimpan log dapat dibuat permanen untuk budidaya jamur skala besar atau di dalam bangunan semi permanen. Tempat pemeliharaan jamur dibuat dengan ukuran 10 x 12 m2 yang di dalamnya terdapat 8 buah petak pemeliharaan berukuran 5,7 x 2,15 m2. Jarak antar petak 40-60 cm. Di dalam setiap petak dibuat rak-rak yang tersusun ke atas untuk menyimpan 1.300-1.400 log. Rangka bangunan dapat dibuat dari besi, kayu atau bambu.  Kondisi lingkungan yang harus diperhatikan dalam membuat bangunan penyimpanan adalah: Temperatur untuk pembentukan miselium adalah 23-28 derajat, temperatur untuk pembentukan tubuh buah adalah 13-15 derajat, kelembaban udara 90-96%, kadar air log 35-45%e)   Udara di dalam tidak tercemari asap/gas. Log disimpan di atas rak dengan posisi tegak atau miring. Jarak penyimpanan diatur sedemikian rupa sehingga tubuh buah yang tumbuh dari satu log tidak bertumpang tindih dengan tubuh buah yang lain.

  1. 4.             Pemeliharaan Tanaman 

Pemeliharaan Log Log yang akan membentuk miselium dan tubuh buah harus dipelihara. Pemeliharaan berhubungan dengan menjaga lingkungan agar tetap optimuma)   Kandungan air yang baik 35-45%. Kekurangan air menyebabkan miselium tidak membentuk tubuh buah karena kekeringan dan kelebihan air menyebabkan tumbuhnya jenis jamur lain yang tidak diinginkan. Perkembangan miselium dan tubuh buah akan terhambat dengan adanya cahaya langsung. Tempat penyimpanan harus tetap teduh dan sinar matahari tidak masuk secara langsung ke dalam ruangan. Penumbuhan Miselium akan tumbuh memenuhi permukaan log setelah penyimpanan selama kurang lebih 1 bulan. Selama jangka waktu tersebut, temperatur dan kelembaban harus optimal. Pengaturan temperatur dan kelembaban dapat dilakukan dengan cara: Menyemprotkan air dengan sprayer ke dinding-dinding bangunan penyimpanan dan ke ruang di antara jajaran log, menyemprotkan air dengan sprinkel bernozel halus, pembentukan tubuh buah pertama.Setelah miselium tumbuh sempurna, lepaskan cincin log dan buka plastik bagian atas sehingga seluruh permukaan atas log kontak dengan udara.

Pada waktu ini diperlukan raising yaitu pengaturan lingkungan agar tubuh buah tumbuh. Raising dilakukan dengan: Menurunkan temperatur ruang menjadi 13-15 derajat C dengan menggunakan pengatur temperatur (Air Conditioning) atau menyemprotkan air dengan nozel halus secara intensif, menurunkan temperatur dan sekaligus menyemprotkan bahan yang mengandung hormon pertumbuhan ke permukaan log yang kontak dengan udara. Air kelapa atau ekstrakt toge dapat dipakai sebagai sumber hormon tsb. Dengan cara ini pertumbuhan tubuh buah akan mencapai dua kali lipat dibandingkan cara pertama. Tubuh buah pertama terbentuk setelah 3-5 hari pembukaan.  Pembentukan tubuh buah selanjutnyaSetelah tubuh buah pertama dipanen, turunkan bukaan plastik sampai ½ bagian log. Kadang-kadang calon bakal buah sudah tumbuh di bawah plastik yang belum terbuka. Bagian plastik tersebut harus dilubangi untuk memberi kesempatan tubuh buah keluar dan tumbuh.  Pembukaan log sebaiknya tidak dilakukan sekaligus, terutama pada budidaya skala besar. Jarak pembukaan satu kelompok log dengan kelompok lainnya ditentukan sedemikian rupa sehingga setiap hari ada tubuh buah yang dipanen. Pembukaan log yang bertahap akan menjamin kelangsungan produksi.

  1. 5.             Hama dan Penyakit 

Hama Hama yang banyak terdapat di tempat budidaya jamur adalah serangga baik berupa kumbang atau kutu. Pencegahan dengan sanitasi lingkungan atau, alternatif  terakhir, penyemprotan insektisida. Perlu diingat bahwa residu insektisida akan menempel di tubuh buah sehingga jamur yang dipanen harus dicuci bersih di air mengalir. Pencucian dapat menyebabkan penurunan kualitas jamur kalau kelebihan air tidak langsung dihilangkan dengan cara ditiriskan. 2.5.2.    Penyakit Penyebab timbulnya penyakit adalah sterilisasi yang tidak sempurna, bibit yang tidak murni, alat yang kurang bersih dan kandungan air media terlalu tinggi. Penyakit berupa tumbuhnya jamur lain seperti Mucor, Rhiozopus, Penicillium dan Aspergillus pada log. Serangan jamur-jamur tersebut dicirikan dengan timbulnya miselium yang berwarna hitam, kuning atau putih dan timbulnya lendir. Pertumbuhan jamur tiram menjadi terhambat atau tidak tumbuh sama sekali. Serangan dapat terjadi di log yang belum atau sudah dibuka.  Pengendalian dilakukan dengan memperbaiki kultur teknis dan meningkatkan kebersihan lingkungan pada saat pembuatan media dan bibit serta lingkungan bangunan penyimpanan.

  1. 6.             Panen 

Ciri dan Umur Panen Jamur tiram Pleurotus adalah jamur yang rasanya enak dan memiliki aroma yang baik jika dipanen pada waktu umur muda. Panen dilakukan setelah tubuh buah mencapai ukuran maksimal pada 2-3 hari setelah tumbuh bakal tubuh buah.  2.6.2.    Cara Panen Pengambilan jamur harus dilakukan dari pangkal batang karena batang yang tersisa dapat menimbulkan busuk. Potong jamur dengan pisau yang besih dan tajam dan simpan di wadah plastik dengan tumpukan setinggi 15 cm.  2.6.3.    Periode Panen Panen dilakukan setiap hari atau beberapa hari sekali tergantung dari jarak pembukaan loglog. Dari satu log akan dihasilkan sekitar 0,8-1 kg jamur.

  1. 7.             Pascapanen 

Penyortiran Setelah dipanen, batang tubuh buah dipotong. Pisahkan jamur yang rusak dari jamur yang baik, pisahkan pula jamur sesuai dengan ukurannya. Penyimpanan Setelah penyortiran, buang kotoran pada jamur tanpa mencucinya. Simpan di dalam wadah bersih dan tempatkan di kamar dengan temperatur 15derajat C. Jamur dapat tetap segar selama 5 x 24 jam.  Sebelum pengemasan, jamur dapat disemprot dengan larutan natrium bisulfit 0,1-0,2% yang menghambat pembusukan.    Pengemasan Pengemasan dilakukan dalam:a)   Kantung plastikb)   Kantung plastik yang divakum (udara dikeluarkan)c)   Wadah plastik putih dan ditutup dengan plastik lembaran tipis. Penanganan Lain: pengeringan. Jamur direndam dalam air bersih, atau cuci dengan air mengalir lalu diiris tipis atau dibiarkan seperti adanya. Masukkan ke dalam air mendidih sebentar, lalu tiriskan. Keringkan jamur di dalam oven listrik/ minyak tanah, penambahan senyawa pengawet. Jamur utuh dibersihkan dari kotoran jika perlu dengan air mengalir. Rendam dalam asam sitrat 0,1% selama 5 menit. Cuci dengan air mengalir. Masukkan ke dalam larutan yang terdiri atas garam dapur (15%), garam sitrat (0,5%), SO2 (1%), kalium bikarbonat (0,1%) dan kalium metabisulfida (<1%) selama 10-15 menit.  Tiriskan kembali. Jamur akan awet selama 2 minggu tanpa pengepakan dan 1 bulan bila langsung dipak cara vakum.

(http://sashaoyster.wordpress.com/category/teknik-budidaya-jamur-tiram/)

4.2.4 Produk olahan jamur

Jamur sendiri bisa di olah menjadi berbagai aneka olahan jamur konsumsi dan aneka olahan minuman kesehatan jamur lingzhie. Contohnya adalah, anda bisa membuat kripik jamur, jamur goreng, sate jamur, sup jamur, tongseng jamur, jus jamur, sirup jamur dan masih banyak lainnya. Sebagai bahan konsumsi.

Jamur Tiram Putih dapat diolah sebagai Sup Jamur, Soto Jamur, Pepes Jamur, Oseng-oseng Jamur, Jamur Crispy, Kripik Jamur, Mie Jamur, Sate Jamur, dikeringkan dan dikalengkan. Jamur Tiram kalengan sudah banyak di jual di Carefour, di luar Indonesia Jamur Tiram disebut dengan Abalone Mushroom. Jamur Tiram kalengan ini produksi negara Thailand dan diimpor ke Indonesia dengan merk Hand

Berikut salah satu contoh produk olahan jamur seperti:

Indomie Jamur Tiram Brokoli Saus Spageti

Saus Spageti:

100 gram daging sapi giling
1 buah bawang Bombay, potong-potong
1 buah tomat, potong-potong
1 buah prapika merah, potong-potong
¼ sendok teh garam
¼ sendok teh merica bubuk
1 sendok makan minyak untuk menumis

Cara Membuat:

Saus spageti : panaskan minyak. Tumis bawang Bombay hingga layu. Tambahkan daging. Aduk hingga berubah warna. Tambahkan tomat dan paprika merah. Aduk hingga layu.
Bubuhi merica bubuk, dan garam. Aduk rata. Angkat dan sisihkan
Rebus Indomie Goreng dalam air mendidih 3 menit. Angkat dan tiriskan. Campur dengan bumbu Indomie Goreng. Aduk rata, Sisihkan.
Panaskan margarine. Tumis bawang puting dan bawang merah hingga harum. Masukkan daun bawang dan Indomie Goreng. Aduk rata.
Taburkan bawang goreng. Tata jamur tiram, tomat, dan brokoli. Siram saus spageti.
(Hasil kreasi dari Niken Setyarini, Magelang – Jawa Tengah dalam http://jamur-tiram.com/index.php/Hasil/Mie-Rambo-Sahetty.html

Gambar produk olahan dari jamur: bakso jamur dan jamur krispi

 

 


BAB III  MATERI DAN METODE

 

  1. 1.        
  2. 2.        
  3. 3.        

3.1.       Tempat dan Waktu Praktek Lapangan

Tempat            : Museum Biologi Yogjakarta

Jln. Sultan Agung Nomer 22 Yogyakarta

Telp/Fax. 0274 – 376740

Website: http://www.biologi.ugm.ac.id/museum

Email: mus_bio@ugm.ac.id

Rumah Jamur- Sleman Yogjakarta

Jl. Magelang Km. 10 Beran Lor Tridadi Sleman, Indonesia

Provinsi: daerah Istimewa Yogyakarta, 55511

Waktu  : Rabu, 16 Mei 2012

3.2.       Materi Praktek

–  Materi      : Materi yang kami amati dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah jenis-jenis koleksi flora dan fauna awetan yang ada di Museum Biologi Yogjakarta dan jenis-jenis jamur yang dibudidayakan di Rumah jamur Sleman- Yogjakarta

–  Alat          : Bolpoint, Buku, Camera

–  Bahan       : Seluruh jenis koleksi flora dan fauna awetan yang ada di Museum Biologi Yogjakarta dan jenis-jenis jamur yang dibudidayakan di Rumah jamur Sleman- Yogjakarta.

3.3.       Metode Praktek

Metode yang digunakan dalam praktek lapangan ini adalah pengamatan secara langsung, mencatat jenis-jenis dan klasifikasi koleksi flora dan fauna awetan yang ada di Museum Biologi Yogjakarta dan jenis-jenis jamur yang dibudidayakan di rumah jamur Sleman-Yogjakarta, menyimak pemaparan pemateri di dua lokasi tersebut, mengadakan wawancara dengan nara sumber, serta melakukan dokumentasi.Kegiatan ini dilaksanakan secara berkelompok dan setiap kelompok mengamati hal serupa di dua lokasi tersebut.


BAB VI  HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1  Hasil Pengamatan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Museum Biologi Yogjakarta ada beberapa jenis flora dan fauna awetan yang dapat diidentifikasi antara lain adalah sebagai berikut:

No

Gambar

Keterangan

1

Koleksi kucing hutan

Klasifikasi

Kingdom: animalia

Filum: cordata

Kelas: mamalia

Ordo: karnivora

Family: fellidae

Genus: Fellis

Spesies: Fellis bengalensis

2

 Koleksi kijang

 

Klasifikasi

Kingdom: animalia

Filum: cordata

Kelas: mamalia

Ordo: artiodactyla

Family: cervidae

Genus: muntiacus

Spesies: Muntiacus muntjak

3

 Koleksi kangguru

 

Klasifikasi

Kingdom: animalia

Filum: cordata

Kelas: mamalia

Ordo: marsupialia

Family: macropodidae

Genus: macropus

Spesies: Macropus agilis4 Klasifikasi Kancil/Pelanduk

Kingdom: animalia

Filum: cordata

Kelas: mamalia

Ordo: Artiodactyla

Family: Tragulidae

Genus: Trugulus

Spesies: Trugulus javanicus5 Klasifikasi Garangan Jawa

Kingdom: animalia

Filum: cordata

Kelas: mamalia

Ordo: Artiodactyla

Family: Herpestidae

Genus: Herpestes

Spesies: Herpestes javanicus6 Klasifikasi Beruang madu

Kingdom: animalia

Filum: cordata

Kelas: mamalia

Ordo: Carnivora

Family: Ursidae

Genus: Helaictos

Spesies:Helaictos malayanus7 Koleksi insekta Musem Bio UGM Yogjakarta8 Koleksi biji-bijian Museum Biologi UGM9 Koleksi spermatophyta

Museum Biologi UGM10  Koleksi tanaman toga

Museum Biologi UGM

  1. Laos (Alpinia galanga.SW)
  2. Pegagan (Centella asiantica Urb.)
  3. Secang (Caesalpinia sappan.L)
  4. Temu ireng (Curcuma Aeruginusa.Roxb)
  5. Kunyit putih (Curcuma zedoaria(Berg)Roscoe)
  6. Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb)
  7. Tapak liman (Elephantopus scaber.L)
  8. Daun encok (Plumbago zeylanica.L)
  9. Jahe (Zingiber officinale.Rosc)

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Rumah Jamur Sleman- Yogjakarta ada beberapa jenis jamur budidaya yang dapat diidentifikasi antara lain adalah sebagai berikut:

No

Gambar

Keterangan

1

Jamur Lingzhi siap panen

2

 Jamur tiram siap panen

3

 Proses pengepakan serbuk kayu yang telah di campur nutrisi4 Pemadatan media agar menyerupai kayu lapuk5 Penyimpanan back log pada rak6 Inokulasi back log7 Ruang sterilisasi media8 Alat pengatur kelembaban dan suhu dalam sterilisasi9 Peletakan bibit jamur dengan media yang telah steril pada lahan budidaya

 


4.2 Pembahasan

4.2.1 Cara pengelolaan koleksi flora dan fauna di Museum Biologi Yogjakarta

Pengelolaan koleksi flora meliputi:

  1. Pembuatan herbarium basah

Bahan yang dipersiapkan

  1. Tanaman lengkap (ada akar, batang, daun, bunga, buah)
  2. Botol museum
  3. Aquades
  4. Formalin
  5. Asam asetat
  6. Cuprisulfat (cuso4)
  7. Lem kaca/parafin

Langkah-langkah  pembuatannya

  • Pengambilan tanaman, lengkap (ada akar, batang, daun, bunga dan buah jika ada).
  • Pembuatan larutan dengan perbandingan.
  • 1000 cc aquades
  • 25 cc      formalin 40%
  • 1    cc     asam asetat
  • 15 gram cuso4
  • Tanaman dimasukkan kedalam botol museum terus diisi dengan larutan bahan kimia tersebut sampai tanaman terendam.
  • Botol museum yang sudah berisi tanaman dan larutan bahan kimia terus ditutup dengan lem kaca/parafin.
  • Pemberian label atau etiket tempel pada botol museum yang berisi tentang identitas tanaman.

Pembuatan herbarium kering

  • Alat dan bahan yang disiapkan
  • Tanaman
  • Kertas koran
  • Kertas karton
  • Tali
  • Sublimat
  • Alkohol
  • Langkah-langkah  pembuatannya
  1. Pengambilan tanaman, lengkap (ada akar, batang, daun, bunga dan buah jika ada).
  2. Tanaman di bungkus kertas koran dan dipres dengan sasak/pengepres dari kayu
  3. Pengeringan dengan sinar matahari langsung atau pengeringan dengan oven listrik
  4. Pemberian larutan sublimat + alkohol (setiap 1000 cc alkohol 70 % + 40 gram sublimat).
  5. Pengeringan kembali dengan sinar matahari langsung atau pengeringan dengan listrik
  6. Penempelan  herbarium pada kertas herbarium dan diberi etiket tempel yang berisi catatan-catatan penting

PENGAWETAN KULIT

Pesiapan Bahan Dan Alat

Burung /tupai

Tawas 450 gr, boric acit 400 gr, 1 batang detergen, alkohol 40 %, secukupnya, formalin 40% secukupnya.

Catatan :sublimat bahan berbahaya koleksi harus tertutup rapat.

Langkah kerja

  1. Pembiusan

Tujuan pembiusan adalah cara terbaik agar binatang mati dalam keadaan tidak terluka, jadi tidak memperbanyak jahitan

  1. Membuat catatan

Sesudah kita mendapatkan binatang yang telah mati maka tindakan pertama kita adalah membuat catatan yang meliputi :

  • Nama dan jenis kelamin binatang
  • Tanggal diperoleh
  • Nama yang mendapatkan
  • Ukuran tubuh panjang dan seluruh ukuran , ekor,kaki, jari dan berat badan
  • Warna mata dan warna iris paruh kaki serta bagian tubuh lainnya yang tertutup bulu pada burung dan binatang menyusui pada moncong serta bibirnya
  • Ukuran mata
  1. Menguliti

Membuat torehan di median perut mulai dari perut pada titik di depan alat kelamin luar. Pelepasan kulit diteruskan ke bagian belakang potong pangkal kaki belakang tetapi upayakan kulit jangan sampai terpotong. Setelah kedua kaki belakang terlepas teruskan pengulitan ke belakang keluarkan kulit ekor pegang dengan ibu jari. Selanjutnya pengulitanditeruskan ke depan setelah sampai pada kaki depan keluarkan kaki depan seperti perlakuan pada kaki belakang

Lanjutkan pengulitan sampai bagian kepalahati hati setalah sampai pada pangkal telinga. potong pangkal telinga jangan sampai merusak dain telinga Lanjutkan pengulitan sampai hidung dan bibir hati hati saat melepas kulit dari tulang rawan hidung dan rahang bawah Jika kulit sudah terlepas semua taburi kulit dari sebelah dalam dengan boraks sampai merata hilangkan lemak dan sisa sisa jaringan pengikat dengan menggunakan pinset scapel Buat gulungan kapas sebesar tubuh binatang yang sudah dikuliti sebagai pengganti bagian yang dikeluarkan Jahit mulut pada mamalia dua lubang di bibir bawah dan satu dilubang hidung  Masuk kan kawat yang sudah dibalut kapas ke dalam ekor

PENGAWETAN SERANGGA

  • Dalam membuat koleksi serangga maka pekerjaan yang dilakukan adalah:
  • Menangkap.
  • Mematikan.
  • Memasang dalam spanblok.
  • Mengeringkan.
  • Determinasi
  • Khusus untuk kupu-kupu
  • dengan hati-hati torax dipijit sehingga mati, dimasukkan kedalam kertas papilot yaitu kertas halus yang bentuk segi empat. Yang ujung-ujungnya dilipat seperti contoh gambar.
  • Dibawah satu kertas papilot hanya satu kupu-kupu. Apabila kupu- kupu yang dimasukkan kertas papilot belum mati sehingga dipasang dalam spanblok harus dimatikan dulu dalam chloroform

Memasang Dalam Spanblok

  • Pekerjaan ini sering disebut denga istilah OPSETTEN. Syarat-syarat untuk dapat diopset. Ialah stadium imago dengan syarat atena, sayap, warna bulu semua kakinya harus masih utuh. Semua bagian tersebut merupakan bagian yang penting untuk indentifikasi
  • Menusukkan Dengan Jarum Insecta

Penusukan dimaksudkan untuk mempermudah dipegang dan dipelajari. Serangga yang besar dan sedang harus ditusuk vertical melalui badannya. Sedang yang kecil dengan cara carding atau staging

ATURAN UMUM

  • Kira-kira dari sepertiga jarum, harus terletak diatas badan serangga.
  • Untuk ordo Coleoptera (kumbang) harus ditusuk melalui pangkal sayap (clytero), kanan sehingga sedemikian rupa jarum keluar pada bagian bawah pasangan kaki tengah.
  • Sebagai patokan itu, jarum terletak sama jauh dari pangkal sayap

Proses pengeringan

  • Dengan panas matahari dalam wadah ( Drogkist) dari seng
  • Dengan lampu listrik dalam wadah (Drogkist) dari seng atau almari khusus
  • Dengan alat khusus yang diberi zat absortbens untuk mengisap
  • Penyimpanan

Serangga yang telah dideterminasi  diberi etequete lalu disimpan didalam doos, doos penyimpan koleksi harus diberi pencegah supaya tidak busuk atau dimakan semut, yaitu diberi kanfer diletakkan di almari almari yang diberi lampu listrik.

4.2.2 Teknik  budidaya dan pengolahan produk pasca panen dari jamur

Berikut adalah informasi dari nara sumber di rumah jamur:

Rumah jamur Sleman Yojakarta yang kami kunjungi awalnya adalah dijadikan lahan ternak ayam, kemudian pemilik rumah jamur tersebut mengubah konsep lahan yang dimilikinya menjadi lahan budidaya jamur.Rumah jamur tersebut berdiri tepatnya pada bulan April 2012 dengan modal awal 1 jenis bibit jamur dari produsen kemudian hasil panennya di pasarkan ke pedagang, ke pasar tradisional dan ke pengepul.

Adapun cara budidaya jamur:

  1. Persiapan bahan-bahan media tanam yang disebut backlog, yang terdiri dari serbuk kayu, dan nutrisi (bekatul) sebagai penambah protein dan vitamin dan CaCo3 penetral pH.
  2. Letakkan media tersebut pada kolibag yang berukuran 2kg x 30cm dengan ketebalan 0,5cm.
  3. Memadatkan bahan tersebut agar terbentuk seperti kayu lapuk.
  4. Menyumbat kolibag dengan ring paralon dan kapas.
  5. Disetrilkan dengan suhu 90-1000C selama 6-8jam.
  6. Tanami bibit jamur yang telah disiapkan.
  7. Lakukan inokulasi dengan kelembapan 80%, suhu 250C dengan tekanan 1atm.
  8. Letakkan pada tempat budidaya selama 43 hari, kemudian jamur siap dipanen.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan koleksi museum biologi di kategorikan sebagai berikut :

  • Koleksi Museum Biologi UGM ini mengkhususkan pada koleksi flora (70%) dan fauna (30%) = 3.752 spesimen.
  • Koleksi herbarium : herbarium kering (1672 spesies dari 180 familia), herbarium basah (350 buah), dan fosil kayu; meliputi koleksi tumbuhan rendah (Cryptogamae) sampai dengan koleksi tumbuhan tinggi (Spermatophyta).
  • Koleksi hewan (1125 spesimen) : beberapa koleksi merupakan binatang langka dan wajib dilindungi, misalnya komodo, harimau, beruang madu, trenggiling, burung cendrawasih, dan buaya putih.
  • Di dalam setiap Diorama, terdapat satu jenis atau sekelompok hewan yang berlatar belakang habitat mereka yang diilustrasikan pada gambar tiga dimensi.
  • Dengan menyaksikan Diorama ini, maka dapat dibayangkan kehidupan nyata dan habitat hewan-hewan tersebut.

Untuk setiap kategori koleksi tersebut memiliki teknik penanganan perawatan yang berbeda.

Dari hasil wawancara dan pembahasan deskripsi rumah jamur Sleman- Yogjakarta dapat disimpulkan:

ü  Jamur-jamur yang dapat dikonsumsi meliputi: jamur merang, jamur kuping, jamur shitake dan jamur Lingzhi.

ü  Budidaya jamur meliputi persiapan media tanam, sterilisasi media, inokulasi bibit yang kakan di tananam dan penempatan pada lahan tanam dengan memperhatikan iklim, kelembaban, dan suhu.

ü  Jamur yang dapat dikonsumsi dapat dijadikan produk olahan seperti sate jamur, jamur krispi, sup jamur, bakso jamur dan lain-lain.

5.2 Saran

Dengan di laksanakannya pembelajaran denag metode Fieldtrip atau karyawisata di 2 lokasi yaitu museum Biologi UGM Yogjakarta dan Rumah Jamur Sleman-Yogjakarta, diharapkan para pelajar, mahasiswa maupun masyarakat dapat mengenal jenis-jenis flora dan fauna yang di awetkan di Museum Bio UGM dan mengenal macam- macam jamur yang bermanfaat, cara budidaya serta pengolahan pasca panen dari jamur.Sehingga dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek belajar Biologi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Hand out Presentasi Museum Biologi.Yogyakarta: Pengelola Museum Biologi

Anonim. 2010. Hand out Cara Pembuatan Herbarium Basah. Yogyakarta: Pengelola Museum Biologi

Anonim. 2010. Hand out Cara Pembuatan Herbarium Kering. Yogyakarta: Pengelola Museum Biologi

Anonim. 2010. Hand out Cara Pengawetan kulit. Yogyakarta: Pengelola Museum Biologi

Anonim. 2010. Hand out Pengawetan Serangga. Yogyakarta: Pengelola Museum Biologi

http://galeriukm.web.id/unit-usaha/agrobisnis-unit-usaha/teknik-budidaya-jamur-tiram

http://bisnisukm.com/macam-macam-jamur-dan-manfaatnya.html

http://www.jatengpromo.com/promo/135#

http://bisnisukm.com/cara-budidaya-jamur-tiram-di-daerah-panas.html

http://galeriukm.web.id/unit-usaha/agrobisnis-unit-usaha/teknik-budidaya-jamur-tiram

http://indojamur.com/index.php/artikel/11-kandungan-gizi-jamur-tiram

Kandungan gizi Jamur Kuping

Semua situs diacces tanggal 23 Me 2012

LAMPIRAN

Lampiran 1

Dokumentasi kegiatan

 

 


Lampiran 2

Estimasi jadwal kegiatan

Estimasi Jadwal Pemberangkatan PKL

Go Yogjakarta

Program Studi Pendidikan Biologi

Universitas Muhammadiyah Jember

2012

Selasa 15 Mei 2012 Rabu 16 Mei 2012 Kamis 17 Mei 2012
ü  Pukul 14.30 WIB penjemputan peserta di UNMUH JEMBER, persiapan dan pengaturan bagasi

ü  Pukul 19.00 WIB berangkat dari kampus UMJ

ü  Pukul 04.30 WIB

Sholat subuh dilanjutkan dengan bersih diri dan makan pagi bersama (prasmanan) di Rumah makan Gravika

ü  Pukul 07.00WIB berangkat menuju candi Borobudur

ü  Diperkirakan pukul 09.00 WIB tiba di candi Borobudur

ü  Jam 11.30 WIB  berangkat ke museum biologi

ü  Diperkirakan pukul 12.30 sampai di museum Biologi

ü  Pukul 13.30 WIB berangkat menuju rumah jamur

ü  Diperkirakan pukul 14.30 sampai dirumah kebun jamur

ü  Pukul 15.30 WIB menuju Malioboro

ü  Pukuk 17.00 WIB menuju ke hotel, proses Chek in dan free program dilanjutkan dengan bersih diri dan makan malam pada pukul 19.00 WIBü   Pukul 06.00 wib makan pagi di hotel dan persiapan check out

ü   Pukul o7.00 check out dan peserta dipandu untuk mengunjungi tempat wisata

ü   Pukul 09.00 WIB diperkirakan tiba di Gembira loka ZOO

ü   Jam 12.00 berangkat menuju pasar Klewer

ü   Pukul 15.00 WIB diperkirakan sampai di pasar Klewer

ü   Pukul 17.00 berangkat menuju rumah makan Kurnia Ngawi Jatim

ü   Pukul 24.00 WIB diperkirakan sampai di kampus UMJ

Jadwal diatas dapat sewaktu-waktu berubah tergantung kondisi jalan dan kerjasama peserta


Lampiran 3

Realisasi jadwal kegiatan

Jadwal Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

No

Agenda Kegiatan

Tanggal

Waktu

1

Persiapan Pemberangkatan dengan di Pandu Dosen Pendamping

15 Mei 2012

19.00-19.30 WIB

2

Pemberangkatan dari Kampus Unmuh Jember Menuju Yogjakarta

15 Mei 2012

19.30 WIB

3

Istirahat –Sholat dan Bersih Diri di Masjid Gontor Jombang

16 Mei 2012

4.30-5.00 WIB

4

Sarapan di Rumah Makan Gravika Jateng

16 Mei 2012

07.00-07.30 WIB

5

Observasi langsung di Museum Biologi Yogjakarta

16 Mei 2012

08.30-09.30 WIB

6

Observasi Langsung di Rumah Jamur Sleman-Yogjakarta

16 Mei 2012

11.00-12.30 WIB

7

Wisata sejarah di Candi Borobudur Magelang- Yogjakarta

16 Mei 2012

14.00-16.00 WIB

8

Transit di pasar buah salak Magelang- Yogjakarta

16 Mei 2012

16.30-17.00 WIB

9

Registrasi dan Chek in Prayogo Lama Hotel Prawirotaman 34 Yogjakarta

16 Mei 2012

18.30 WIB

10

Istirahat, bersih diri, sholat, dan makan malam di Hotel Prayogo Lama

16 Mei 2012

18.30-20.00 WIB

12

Wisata pernak pernik Jogja di Tugu Serangan Umum 1 Maret- Malioboro Yogjakarta

16 Mei 2012

20.00-22.00 WIB

13

Berlayar ke pulau impian di Hotel Prayogo Lama Yogjakarta

16 Mei 2012

23.00 WIB-SELESAI

14

Bersih diri, sholat dan sarapan di Hotel Prayogo Lama Yogjakarta

17 Mei 2012

4.30-06.45 WIB

15

Chek out from Prayogo Lama Hotel Yogjakarta

17 Mei 2012

07.00 WIB

16

Pemberangkatan menuju Gembira Loka Zoo

17 Mei 2012

07.00-08.00 WIB

17

Pendaftaran tiket masuk di Gembira Loka Zoo

17 Mei 2012

08.00-08.30 WIB

18

Observasi koleksi flora dan fauna di Gembira Loka Zoo

17 Mei 2012

08.30-10.30 WIB

 

 

 

 

19

Wisata dan belanja di pusat oleh-oleh Djava Yogjakarta

17 Mei 2012

11.00-11.30 WIB

20

Wisata dan belanja di pasar Klewer Solo

17 Mei 2012

14.00-16.00 WIB

21

Makan Malam di Rumah Makan Ngawi Jawa Timur

17 Mei 2012

07.30-08.00 WIB

22

Perjalanan menuju pulang ke kampus Unmuh Jember

17 Mei 2012

08.15 WIB

23

Tiba di Kampus Unmuh Jember

18 Mei 2012

03.00 WIB

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 4

Peta lokasi Yogjakarta

 

By aimarusciencemania

Makalah evolusi(Mutasi gen, frekuensi gen dalam populasi dan hukum Hardy-Weinberg)

MUTASI GEN , FREKUENSI GEN DALAM POPULASI, DAN TEORI HARDY-WEINBERG

Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Evolusi

Dosen Pembina:Agus Prasetyo Utomo,S.Si

Oleh:

KELOMPOK 2

Aini Maskuro                              (0910211107)

Kholifatun Nur Jannah                         (091021110)

Hendri Kurniawan                     (0910211108)

Dimaz Perkasa Prahatnala        (081211061)

Djoni Eko                                                (0910211094)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2012

 

KATA PENGANTAR

          Puji syukur kepada Allah S.W.T yang telah memberikan karunia-Nya sehingga,penulis dapat menyusun makalah yang berjudul”Mutasi gen , Frekuensi gen populasi dan Hukum Hardy Weinberg”dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Evolusi telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.Sehingga, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.Makalah ini disusun sebagai tugas awal yang menjadi kesepakatan dalam kontrak perkuliahan dengan strategi students center.Dengan demikian penulis berharap agar makalah ini dapat menambah khasanah pengetahuan baik bagi kelompok kami maupun bagi para pembaca dalam memahami konsep evolusi secara umum.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,untuk kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.Semoga makalah ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi para pembaca.

 

 

 

Jember, Juni 2012

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….. iii

BAB I      PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………. 1

1.3 Tujuan …………………………………………………………………………… 1

 

 

BAB II    PEMBAHASAN

2.1 Mutasi Gen Dan Akibat dari mutasi gen………………………………………….7

2.1.1 Mutasi Gen………………………………………………………………………………….7

2.1.2 Akibat terjadinya Mutasi gen………………………………………………………9

2.2. Frekuensi Gen Populasi…………………………………………………………………10

2.3 Hukum Hardy-Weinberg Sebagai  Pendukung Terjadinya Evolusi….12

2.3.1 Definisi Hukum Hardy-Weinberg……………………………………………….12

2.3.2 Penerapan dan Teori Evolusi  Hukum Hardy–Weinberg……………..15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………….22

3.2 Saran………………………………………………………………………………………….23

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………24

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Berbicara tentang salah satu kajian biologi yang paling mengundang rasa penasaran para sainstist adalah bidang evolusi. Karena evolusi merupakan salah satu kajian biologi yang menimbulkan teka-teki yang perlu diunggap, selain itu ada juga yang menyebutkan evolusi  merupakan teori dan adapula yang menyebutkan evolusi adalah fakta. Hal ini tentu sangat menarik untuk dikaji. Berbagai alasan oleh para ahli baik yang pro akan terjadinya evolusi maupun kontra akan terjadinya evolusi telah diungkapkan dalam bukunya masing-masing.Salah satu ahli yang sangat dikenal sebagai bapak evolusi adalah Carles Darwin dengan bukunya the origin species.Banyak ahli pula yang mendukung pendapat Darwin tentunya dengan penemuannya sendiri.

 

Evolusi terjadi dilevel populasi.Populasi merupakan sekumpulan individu yang menempati habitat tertentu.Pada individu dalam populasi yang mengalami evolusi tentu disebabkan oleh beberapa faktor.Faktor tersebut diantaranya terjadi mutasi gen dalam populasi, sehingga menyebabkanfrekuensi gen dalam populasi mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan aturan atau asas dari Hardy Weinberg.

 

1.2  Rumusan Masalah

Dari  latar belakang di atas maka rumusam masalah dar makalah ini adalah:

1)      Apa yang dimaksud dengan mutasi gen dan jelaskan akibatnya!

2)      Jelaskan apa yang dimaksud dengan frekuensi gen populasi?

3)      Bagaimana hukum Hardy-Weinberg dapat menjelaskan terjadinya evolusi?

1.3  Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan  makalah ini adalah:

1)      Mendeskripsikan definisi mutasi gen dan jelaskan akibatnya,

2)      Mendeskripsikan frekuensi gen populasi,

3)      Mendeskripsikan hukum Hardy-Weinberg sebagai  pendukung terjadinya evolusi.

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

            Dalam setiap spesies terdapat anggota kelompok populasi dengan cirri-ciri yang berbeda satu sama lain. Bahkan antara dua individu, meskipun merupakan anggota spesies yang sama. Keduanya dapat berbeda-beda karena variasi berbagai factor antara lain genetic, umur, jenis kelamin, makanan, stadium daur hidup, bentuk tubuh, habitat dan lain-lain. Secara genetic tidak ada dua individu dalam spesies yang persis sama. Apalagi factor-faktor lingkungan juga ikut berpengaruh dalam timbulnya ciri-ciri yang muncul sebagai fenotip. Perbedaan cirri yang tampak pada anggota tiap spesies ini menyebabkan adanya keanekaragaman dalam spesies.

Keanekaragaman dalam spesies menyebabkan pada tiap anggota spesies dapat di lihat adanya kedekatan kekerabatan satu sama lain. Semakin banyak persamaan cirri-ciri yang dimiliki semakin dekat kekerabatannya. Sebaliknya, semakin sedikit persamaan dalam ciri-ciri yang di miliki semakin jauh kekerabatannya. Dengan demikian dalam suatu spesies dapat dijumpai kelompok-kelompok populasi yang satu sama lain di bedakan berdasarkan persamaan dan perbedaan cirri-ciri morfologis atau fenotipnya.

Terlepas dari penggunaan keanekaragaman genetis guna mempelajari kekerabatan antara dua individu atau dua populasi dalam satu spesies. Keanekaragaman genetis dalam spesies perlu didokumen dengan baik. Khususnya dalam dunia hewan dan tumbuhan, dokumentasi semacam ini merupakan suatu hal yang vital untuk konservasi genotip-genotip untuk yang kelak berguna untuk program penangkaran. Karakterisasi galur resisten dan pembawa penyakit serta genotip yang terkait dengan trait yang diperlukan secara ekonomis sangat berharga bagi bidang kedokteran dan pertanian. Yang menjadi persoalan adalah perlu disadari adanya banyak keanekaragaman genetis dalam populasi maupun spesies, dan metode untuk mengenali genotip-genotip khusus belum di kembangkan. Tampaknya kesulitan ini dapat terjawab dengan pendekatan biologi molekuler. Dengan teknik-teknik biologi molekuler maka sekarang dapat dilakukan pemeriksaaan terhadap keanekaragaman genetis pada individu-individu anggota suatu spesies bukan saja sampai aras protein tetapi bahkan ke aras DNA. Kita sudah mengetahui bahwa pada suatu organism terdapat variasi yang diakibatkan oleh mutasi. Mutasi selalu terjadi. Apabila hal ini terus terjadi, maka semua organism akan bertambah beranekaragam.

Contoh penelitian mengenai cheetah dan penyu hijau meberikan gambaran bahwa semua individu cheetah dan penyu hijau di muka bumi yang jumlahnya mencapai ribuan adalah identik atau hampir identik (Iskandar, 1994). Walaupun demikian, secara ekologis tidaklah logis apabila cheetah dari Kenya dianggap satu populasi dengan cheetah dari Ethiopia yang terpisah sejauh 6000 km. Dalam ekologi, tempat atau lokasi dipakai sebagai tolak ukur untuk membedakan suatu populasi dengan populasi lainnya yang berada di lokasi lain. Dalam istilah genetika populasi, maka semua individu kedua jenis di atas diartikan sebagai satu populasi. Adapun alasannya ialah bahwa suatu populasi dicirikan oleh suatu perbedaan dibandingkan dengan populasi yang lain. Apa saja dapat dijadikan tolak ukur untuk membedakan suatu populasi dapat dipakai. Misalnya frekuensi suatu alel jarang dalam suatu populasi akan berbeda bila dibandingkan dengan populasi yang lain. Perbedaan ini timbul karena individu suatu populasi akan cenderung untuk kawin dengan anggota populasinya. Batasan ini berbeda dengan batasan yang didefinisikan oleh para ekologiawan namun untuk menerangkan proses evolusi kita akan memakai tolok ukur genetika populasi.

Telah disepakati oleh sebagian besar para ahli bahwa evolusi biologis adalah perubahan susunan genetic pada generasi yang berurutan. Genetika populasi merupakan dasar pemahaman yang baik untuk mempelajari evolusi. Genetika individu selalu berkaitan dengan konsep genotip yaitu susunan genetis individu.

Gene pool merupakan total gen yang dimiliki oleh semua individu. Genotip individu diploid maksimal hanya memiliki 2 alel suatu gen. hal ini tidak terjadi pada gene pool dari suatu populasi, bahwa setiap jumlah dari berbagai macam alel suatu gen di perhitungkan. Contoh gen A hanya memiliki bentuk alel A dan a pada populasi yang dapat berbiak secara seksual. Jika alel A merupakan 80% dari jumlah kedua alel  dan a adalah 20%, maka akan kita katakana bahwa frekuensi A dan a pada gen pool populasi ini adalah 0,8 dan 0,2. Jika frekuensi ini berubah dengan berubahnya waktu maka perubahan ini merupakan petunjuk adanya evolusi.

Coba kita ulas lagi tentang populasi hipotesis seperti kita sebutkan di atas dimana alela A memiliki frekuensi 0,8 dan alela a adalah 0,2. Bagaimana kita dapat menghitung perbandingan genotip yang akan berada dalam populasi ini? Berangkat dari asumsi bahwa semua genotip memiliki kemungkinan hidup yang sama, maka perhitungannya adalah seperti “Punnet Squere” di bawah. Jika perbandingan A dan a di dalam total populasi adalah 8:2, maka perbandingan sperma yang membawa alela A dan a adalah 8:2 demikian juga untuk ovum.

Sperma

Ovum

0,8

0,2

0,8

0,64

0,16

0,2

0,16

0,04

 

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa sperma dan telur di hasilkan oleh semua hewan jantan dan betina dalam populasi, maka frekuensi dari setiap macam sperma dan ovum seperti di tunjukkan pada diagram diatas. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa frekuensi homozigot dominan (AA) dalam populasi adalah 0,64 sedangkan heterozigot adalah 0,32 dan frekuensi dari genotip homozigot resesif adalah 0,04. Maka frekuensi gene pool dari generasi pada waktu dilakukan perhitungan (populasi hipotesis) adalah 0,8 dan 0,2 dan perbandingan genotipnya adalah 0,64:0,32 dan 0,04.

Secara terpisah Hardy dan Weinberg menemukan suatu rumusan yang menyatakan bahwa frekuensi suatu alel dalam populasi akan tetap berada dalam keseimbangan dan hal ini dijabarkan dengan rumus:

P2+2pq+q2=1

P adalah frekuensi alel (A) dan q adalah frekuensi alel (a). Rumus ini berlaku apabila:

  1. Mutasi tidak terjadi atau mutasi menguntungkan sama jumlahnya dengan mutasi yang merugikan
  2. Semua anggota [populasi tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk mengawini anggota populasi (perkawinan acak atau panmiksi)
  3. Tidak terjadi imigrasi atau jumlah individu yang berimigrasi adalah sama dengan yang berimigrasi
  4. Semua alela mempunyai kemungkinan yang sama untuk berada dalam populasi,  tidak ada yang lebih unggul dari yang lain. Dengan perkataan lain, seleksi alam tidak terjadi.
  5. Jumlah populasi tetap, atau jumlah individu yang mati sama dengan jumlah individu yang lahir
  6. Populasi berjumlah besar sehingga factor kebetulan tidak terjadi atau dapat diabaikan.

 

1. MUTASI

Kita sekarng mengetahui bahwa mutasi selalu terjadi. Mutasi yang terjadi tidak selalu mengakibatkan perubahan dalam struktur fungsi.kejadian mutasi walaupun tidak terlihat mungkin ikut berperan misalnya protein yang bermutasi meskipun tidak berubah dalam fungsi,mungkin memupnyai kelemahan tertentu yang baru terlihat apabila keadan lingkungan berubah.yang sudah dapat di pastikan,frekuensi gen dalam populasi  akan berubah,karena ada suatu gen yang berubah. Kemungkinan ada mutasi yang menguntungkan sama banyaknya  dengan mutasi merugikan tidak mungkin tercapai,karena pada umumnya mutasi yang terjadi bersifat merugikan.

2. PANMIKSI

Perkawinan acak hanya mungkin terjadi didaerah yang secara ekologi adalah tepat sama.biasanya perkawinan terjadi tidak secara acak.adanya suatu kelainan,pada umunya menyebabkan kemunkinan melakukan perkawinan menjadi lebih kecil,meskipun hal yang sebaliknya bisa terjadi.perkawianan pada umunya terjadi dengan indiviu setetepat,karena kesempatan untuk bertemu lebih besar.mesikipun perkawinanterjadi dalam populasi lokal,umunya ditemukan suatu mekanisme yang mencegah perkawinan antar saudara.mekanisme yang berperan dalam hal ini pada umumnya berupa naluri dan tingkah laku (etologis)

3. EMIGRASI DAN IMIGRASI

Emigrasi atau imigrasi akan mengubah frekuensi suatu gen  dalam populasi.pengaruh emigrasi atau imrigasi berbanding terbalik dengan ukuran populasi asal atau ukuran populasi yang di bentuk. Lebih kecil ukuran populasi asal maka perubahan frekuensi akan lebih besar bagi populasi tersebut. Pengaruh imi atau emigrasi atau ukuran populasi dapat dilihat di bawah ini.

 

Ukuran populasi Emigrasi (%) Imigrasi (%)
10 10 10
100 1 1
1000 0.1 0.1
10000 0.01 0.01

 

Bagi suatu daerah terisolasi, misalnya suatu pulau, imigrasi suatu spesies ditentukan oleh alel-alel yang ikut dibawa ke daerah tersebut. Karena jumlah individu yang berhasil mencapai dan mengkolonisasi pulau itu dari tidak ad menjadi suatu populasi yang stabil, maka biasanya suatu alel yang tidak berarti frekuensinya dalam populasi asal yang cukup besar dapat menjadi penting sekali bagi populasi kecil yang baru dibentuk. Hal ini disebut dengan genetika drift (arus genetik) atau founder effect (efek pembentuk populasi)  atau sering juga di sebut dengan bottle neck effect (efek leher botol). Hal ini selalu dapat kita temukan, terutama di Indonesia yang terjadi dari pulau-pulau yang keci. Spesiasi atau sub spesiasi (terbentuknya seb spesies) dapat kita terangkan dengan mekanisme diatas, meskipun biasanya banyak aspek lain yang ikut menunjang.

Imigrasi atau emigrasi dapat tidak terjadi di populasi yang terisolasi misalnya bagi organisme yang hanya bisa hidup di danau, atau puncak gunung atau di suatu pulau kecil yang terisolasi dari daratan.

4. KEMAMPUAN ALEL-ALEL TIDAK SAMA

Alel-alel berlainan mempunyai tingkat lurus hidup yang berlainan. Nilai lulus hidup biasanya dinyatakan dalam perbandingan dengan alel normalnya. Nilai kelulushidupanini dapat berubah-ubah bergantung pada lingkungan hidupnya. Misalnya mutan vestigeal di alam tidak mungkin dapat bertahan dan kita dapat memberi nilai 0. Tetapi di laboratorium, mereka cukup tahan, meskipun lebih lemah daripada bentuk normalnya, yang pasti tidak sama dengan 0.

 

 

5. POPULASI TETAP

Populasi tetap secar teoritis tidak mungkin terjadi meskipun disuatu populasi yang terisolasi. Selain faktor lingkungan yang senatiasa berubah sepanjang tahun, juga selalu terjadi kelahiran dan kematian, tetapi hasil penelitian menyatakan pada umumnya suatu populasi selalu berubah-ubah mengikuti suatu siklus tertentu.

6. POPULASI BESAR

Populasi besar mungkin hanya terjadi pada serangga atau mikroba, tetapi hampir tidak mungkin terjadi pada hewan mamalia. Hal ini erat hubungannya dengan makanan yang tersedia sebab lebih besar populasi suatu organisme, jumlah makanan yang tersedia harus jauh lebih besar dari penjelasan diatas, ternyata persyaratan untuk rumus atau hukum Hardy-Weinberg hampir tidak pernah dipenuhi oleh karena itu evolusi terjadi. Rumus ini hanya dapat di penuhi pada setahun waktu yang singkat saja setiap saat rumus ini dipenuhi namun dalam jangka waktu tertentu rumus ini tidak berlaku ke 6 persyaratan tersebut diatas tidak pernah dapat di penuhi sekaligus. Hanya persyaratan ke 3, e,igrasi dan imigrasi saja yang dapat di penuhi pada populasi terpencil atau organisme yang hanya dapat hidup pada puncak gunung yang tinggi.(Widodo,dkk ,2003:41-45)

2.1 Mutasi Gen Dan Akibat dari mutasi gen

2.1.1 Mutasi Gen

suatu kesempatan dapat menyebabkan perubahan evolusi di dalam populasi kecil, tetapi perubahan ini kadang – kadang disebut juga genetic drift atau pergeseran genetis tidak dipengaruhi secara besar oleh adaptivitas relative dari berbagai gen. Hal ini disebut sebagai evolusi pertengahan (intermediate evolution). Syarat kedua bagi keseimbangan mutasi mungkin tidak dijumpai pada suatu populasi.

 

 

A. mutasi maju

Mutasi selalu terjadi, tidak ada suatu cara apapun untuk mencegahnya. Hampir semua gen mungkin mengalami mutasi sekali pada 50.000 sampai 10.000 pembelahan, kecepatan mutasi pada berbagai macam gen berbeda. Sangat jarang mutasi alel dengan sifat sama dapat sampai mencapai keseimbangan. Jadi jumlah mutasi maju jarang sekali sama dengan mutasi balik di dalam suatu kesatuan waktu. Contoh mutasi alel A ke alel a adalah mutasi maju, sedangkan mutasi dari a ke A adalah mutasi mundur.

 

 

 

B. mutasi mundur

Kecepatan dari kedua mutasi ini jarang sekali akan terjadi dalam keadaan yang sama – sama betul sama, salah satu mutasi yang akan terjadi lebih sering. Tekanan mutasi ini akan cenderung untuk menyebabkan pergeseran perlahan – lahan pada frekuensi genetis di dalam populasi. Alel yang lebih stabil akan cenderung untuk bertambah frekuensinya, sedangkan alel yang mudah bermutasi akan cenderung untuk berkurang frekuensinya, kecuali kalau ada faktor lain yang mengubah tekanan mutasi ini. Meskipun tekanan mutasi selalu ada, tetapi mungkin sekali bahwa ini merupakan faktor utama yang dapat menghasilkan perubahan pada frekuensi genetis di dalam suatu populasi. Mutasi berjalan begitu lambat sehingga kalau bereaksi secara tunggal akan membutuhkan waktu yang lama sekali untuk menimbulkan suatu perubahan yang nyata (kecuali dalam hal poliploid). Mutasi terjadi secara sembarang (random) dan seringkali cenderung untuk mengarah pada jurusan yang berbeda dari faktor – faktor lain yang menyebabkan organism sesungguhnya harus berevolusi.

Mutasi mempertinggi variabilitas sehingga dengan demikian merupakan bahan (raw material) yang segera ada untuk evolusi, tetapi jarang menentukan arah atau sifat dari perubahan evolusi.

Kondisi untuk keseimbangan genetis di dalam populasi adalah perkembangbiakan atau reproduksi yang random. Reproduksi atau perkembangbiakan tidak hanya bertanggung jawab atas kelangsungan reproduksi dari suatu populasi. Seleksi pasangan, efisiensi dan frekuensi proses perkawinan, fertilitas, jumlah zigot yang terjadi pada setiap perkawinan, prosentase zigot yang menuju kearah pertumbuhan embrio dan kelahiran berhasil, kemampuan hidup keturunan sampai mencapai umur berbiak. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung pada keturunannya dalam arti keselamatan atau efisiensi dari reproduksi. Bila reproduksi merupakan sesuatu yang sama sekali random, maka semua faktor yang mempengaruhi harus random, yakni tidak terganggu dari genotip.

Keadaan tersebut di atas mungkin tidak dijumpai pada suatu populasi. Faktor – faktor tersebut mungkin selalu berhubungan dengan genotip, yakni genotip dari organisme yang mempengaruhi pasangannya dan semua hal yang disebutkan di atas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tidak ada aspek reproduksi yang sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan genotip.

Reproduksi tidak sembarang (nonrandom) adalah hukum umum. Reproduksi di dalam arti luas adalah seleksi alam. Jadi seleksi selalu bekerja pada semua populasi.

2.1.2 Akibat terjadinya Mutasi gen

  1. Mutasi mengubah struktur an DNA tetapi tidak mengubah produk yang dihasilkan

Seperti yang sidah diketahui DNA merupakan sumber informasi genetik

DNA akan ditranlasikan menjadi asam amino,asam amino membentuk protein.  Ada asam amino yang dikode oleh salah satu kode genetik atau kodon tetapi ada juga yang dikode oleh kode genetik.Apabila mutasi terjdadi pada satu tempat pada dna, tetapi tidak mengubah produk asam amino yang dihasil atau dalam hal ini asam amino yang dihasilkan tetap sama.Maka mutasi tersebut tidak berakibat apa-apa.

 

  1. Mutasi mengubah struktur DNA dan mengubah komposisi produk tetapi tidak mengubah fungsi produk yang dihasilkan

Dalam hal ini terjadi perubahan produk, sehingga misalnya asam amino yang dihasilkan adalah lisin.Pada hal kode genetik sebelum mutasi terjadi adalah asam amino treonin. Akibatnya terjadi perubahan dalam rantai protein yang dihasilkan. Walaupun demikian protein itu tidak mengalami perubahan lagi .

 

  1. Mutasi mengubah fungsi produk yang dihasilkan, tetapi tidak berakibat apa-apa mutasi dapat berakibat lebih besar, sehingga fungsi suatu protein berubah.Misalnya kita mengenal golongan darah ada beberapa macam.Golongan darah yang lebih langka diduga sebagai hasil mutasi dari golongan darah yang paling umum.Semuanya berfungsi normal, namun kalau dilakukan transfusi darah dengan golongan darah yang lain baru akibatnya dapat dilihat.

 

  1. Mutasi mengakibatkan perubahan fungsi yang besar namun kejadiannya pada sel somatik, jadi tidak diturunkan.

Mutasi sel somatik jarang kita lihat sebagai contoh tahi lalat dapat dianggap sebagai suatu mutasi somatik yang diturunkan .

  1. Mutasi bisa bersifat fatal sehingga organisme tersebut mati, jadi tidak terlihat.Mutasi yang bersifat fatal ini dikenal sebagai gen letal.Banyak gen  letal yang diketahui misalnya hemofilia.

Mutasi yang menguntungkan contoh mutasi menguntungkan sangat banyak

  1. Mutasi yang menguntungkan dapat dilihat dari banyak segi bagi manusia mungkin menguntungkan tetapi  bagi organisme lain mungkin merugikan misalnya ayam mutan ayam broiler, sapi pedaging, menguntungkan bagi manusia, tetapi bagi hewan tersebut tidak demikian dikarenakan hewan-hewan tersebut menjadi lemah san lamban sehingga lebih muda dimakan predatornya.

Dari keenam kemungkinan diatas kasus kelima yang berakibat fatal sebenarnya paling umum terjadi.Sedangkan kasus terakhir merupakan sering terlihat.Sehingga kita mengangap mutasi yang terjadi sedikit sekali.(Anonim,2011)

2.2. Frekuensi Gen Populasi

Peristiwa mutasi akan mengakibatkan terjadinya perubahan frekuensi gen, sehingga akan mempengaruhi fenotipe dan genotipe. Mutasi dapat bersifat menguntungkan dan merugikan. Sifat menguntungkan maupun merugikan tersebut terjadi jika:

a. Dapat menghasilkan sifat baru yang lebih menguntungkan,

b. Dapat menghasilkan spesies yang adaptif,

c. Memiliki peningkatan daya fertilitas dan viabilitas. Selain menguntungkan, ada kemungkinan mutasi bersifat merugikan yaitu menghasilkan sifat-sifat yang berkebalikan dengan sifat-sifat di atas. Untuk mengetahui angka laju mutasi.

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI GEN

1.   Seleksi

Seleksi merupakan suatau proses yang melibatkan kekuatan – kekuatan untuk menentukan ternaka mana yang boleh berkembang biak pada generasi selanjutnya. Kekuaktan – kekuatan itu bisa di kontrol sepenuhnya oleh alam yang disebut seleksi alam. Jika kekuatan itu di kontrol oleh manusia maka prosesnya disebut seleksi buatan kedua macam seleksi itu akan merubah frekuensi gen yang sat relatif terhadap alelnya. Laju perubahan frekuensi pada seleksi buatan jika dibandingkan dengan seleksi alam.

Untuk mendemonstrasikan peran seleksi dalam mengubah frekuesni gen, diambil suatu contoh populasi yang terdiri dari beberapa ribu sap yang bertanduk dan yang tidak bertanduk. Jika diasunsikan bahwa frekuensi gen yang bertanduk dan yang  tidak bertandu pada populasi tersebut masing – masing 0,5 ( bila terjadi kawin acak) maka sekitar 75% dari total sapi yang ada tidak bertanduk dan 25% bertanduk. Dari 75% sapi yang tidak bertanduk sebanyak 1/3 bergenotip hemozigot dan 2/3 bergenotip heterozigot.

 

2. Mutasi

Mutasi adalah suatu perubahan kimia gen yang berakibat berubahnya fungsi gen. Jika gen mengalami mutasi dengan kecepatan tetap maka frekuensi gen akan sedikit menurun, sedangkan frekuensi alel  akan meningkat. Laju mutasi bervariasi dari suatu kejadian mutasi ke kejadian mutasi lain. Namun, laju relatif rendah ( kira – kira satu dalam satu juta pengandaan ge) sebagai gambaran, diambil contoh frekuensi gen merah pada sapi angus, yaitu antara 0.05-0.08. jika terjadi kawin acak maka akan dijumpai 25-64 ekor sapi merh dari setiap 10.000 kelahiran. Anak sapi yang berwarna merah dan juga tetua yang heterozigot akan dikeluarkan dari peternakan. Secara teoritis frekuensi gen merah akan menurun mendekati angkan nol, namun kenyataan frekuensi gen merah tetap anata 0.05-0.08 dari suatu generasi ke generasi berikutnya hal itu bisa dijalaskan dengan mengunakkan teori mutasi. Diduga bahwa laju mutasi gen hitam menjadi gen merah sama dengan laju seleksi terhadaap gen merah sehingga tercapai suatu keseimbangan.

3. Pencampuran populasi

Percampuran dua populasi yang frekuensi gennya berbeda dapat mengubah frekuensi gen tertentu. Frekuenssi gen ini merupakan rataan dari frekuensi gen dari dua populasi yang bercampur.

Jika seorang peternak memiliki 150 ekor sapi dengan frekuensi bertanduk dengan = 0.95 ( bila terjadi kawin acak) maka sekitar 90% dari sapi – sapinya akan bertanduk. Selanjutnya, jika diasumsikan bahwa ada enam pejatan baru yang diamsukkan ke peternakan utnuk memperbaiki mutu geneteik terna – ternak yang ada. Dari enam pejantan dimasukkan terdapat satu ekor yang bertanduk, dua ekor yang tidak bertanduk heterozigot dan tiga ekor yang tidak bertanduk homozigot.  Frekuensi gen bertanduk pada kelompok pejantan =  1/6  = 0.033. dengan asumsi bahwa tidak ada sapi lain yang masuk kedalam peternakan maka frekuensi gen bertanduk pada populasi itu setelah terjadi kawin acak, selama satu generasi   ( 0.950 + 0.333) / 2 = 0.064

4. Silang dalam (inbreeding ) dan sialng luar (outbreeding)

Silang dalam merupakan salah satu bentuk isolasi secara genetik. Jika suatu populais terisolasi, silang dalam cenderung terjadi karena adanya keterbatasan pilihan dalam proses perkawinan. Jika silang dalam terjadi anatara grup ternak yang tidak terisolasi secara geografis maka pengaruhnya juga yang sama. Oleh sebab itu, silang dalam merupakan suatu isolasi buatan. Sebenarnya silang dalam tidak merubah frekuensi gen awal pada saat proses silang dalam dimulai. Jika terjadi perubahan frekuensi gen maka perubahan itu disebabkan oleh adanya seleksi, mutasi dan pengaruh sampel acak. Jika silang luar dilakukan pada suatu populasi yang memilik rasio jenis kelamin yang sama dengan frekuensi gen pada suatu lokus yang sama pada kedua jenis kelamin maka frekuensi gen tidak akan berubah akibat pengaruh langsung silang luar.

5. Genetic drift

Genetic drift merupakan perubahan frekuensi gen yang mendadak. Perubahan frekuensi gen yang mendadak biasanya terjadi pada kelompok kecil ternak yang di pindahkan untuk tujuan pemulian ternak atau dibiakan. Jika kelompok ternak diisolasi  dari kelompok ternak asalnya maka frekuensi gen yang terbentuk pada populasi baru dapat  berubah. Perubahan frekuensi gen yang mendadak dapat pula disebabkan oleh bencana alam, misal matinya sebagian besar ternak yang memiliki gen tertentu.(Rispandahlan, 2012)

2.3 Hukum Hardy-Weinberg Sebagai  Pendukung Terjadinya Evolusi

2.3.1 Definisi Hukum Hardy-Weinberg

Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran populasi terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen. Adalah penting untuk dimengerti bahwa di luar laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini akan selalu ada. Oleh karena itu, kesetimbangan Hardy-Weinberg sangatlah tidak mungkin terjadi di alam. Kesetimbangan genetik adalah suatu keadaan ideal yang dapat dijadikan sebagai garis dasar untuk mengukur perubahan genetik.

Frekuensi alel yang statis dalam suatu populasi dari generasi ke generasi mengasumsikan adanya perkawinan acak, tidak adanya mutasi, tidak adanya migrasi ataupun emigrasi, populasi yang besarnya tak terhingga, dan ketiadaan tekanan seleksi terhadap sifat-sifat tertentu.

Contoh paling sederhana dapat terlihat pada suatu lokus tunggal beralel ganda: alel yang dominan ditandai A dan yang resesif ditandai a. Kedua frekuensi alel tersebut ditandai p dan q secara berurutan; freq(A) = p; freq(a) = q; p + q = 1. Apabila populasi berada dalam kesetimbangan, maka freq(AA) = p2 untuk homozigot AA dalam populasi, freq(aa) = q2 untuk homozigot aa, dan freq(Aa) = 2pq untuk heterozigot.

Konsep ini juga dikenal dalam berbagai nama: Kesetimbangan Hardy-Weinberg, Teorema Hardy-Weinberg, ataupun Hukum Hardy-Weinberg. Asas ini dinamakan dari G. H. Hardy dan Wilhelm Weinberg.

Syarat berlakunya asas Hardy-Weinberg

  • Setiap gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama
  • Perkawinan terjadi secara acak
  • Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya mutasi, sama besar.
  • Tidak terjadi migrasi
  • Jumlah individu dari suatu populasi selalu besar

Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan konstan dan evolusi pun tidak akan terjadi. Tetapi dalam kehidupan, syarat-syarat tersebut tidak mungkin terpenuhi sehingga evolusi dapat terjadi. Suatu keseimbangan yang lengkap di dalam gene pool tidak pernah dijumpai, perubahan secara evolusi adalah sifat – sifat fundamental dari kehidupan suatu populasi.( Sweety Hamster Rescue, 2012)

Godfrey Harold Hardy dan Wilhelm Weinberg tahun 1908 secara terpisah menemukan dasar-dasar frekuensi alel dan genetik dalam suatu populasi. Prinsip yang berupa pernyataan teoritis tersebut dikenal sebagai hukum (prinsip kesetimbangan) Hardy-Weinberg. Pernyataan itu menegaskan bahwa frekuensi alel dan genotip suatu populasi (gene pool) selalu konstan dari generasi ke generasi dengan kondisi tertentu.
Kondisi-kondisi yang menunjang Hukum Hardy-Weinberg sebagai berikut:

  1. Ukuran populasi harus besar
  2. Ada isolasi dari polulasi lain
  3. Tidak terjadi mutasi
  4. Perkawinan acak
  5. Tidak terjadi seleksi alam

Formulasi hukum Hardy-Weinberg dapat dijelaskan berikut ini.

 

Pada suatu lokus, gen hanya mempunyai dua alel dalam satu populasi. Para ahli genetika populasi menggunakan huruf p untuk mewakili frekuensi dari satu alel dan huruf q untuk mewakili frekuensi alel lainnya. (Anonim, 2012)

 

Perubahan Perbandingan Frekuensi Gen (Genotip) pada Populasi

Hukum Hardy-Weinberg tidak berlaku untuk proses evolusi karena hukum Hardy-Weinberg tidak selalu menghasilkan angka perbandingan yang tetap dari generasi ke generasi. Kenyataannya, frekuensi gen dalam suatu populasi selalu mengalami perubahan atau menyimpang dari hukum Hardy-Weinberg.

Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan keseimbangan hukum Hardy-weinberg dalam populasi yaitu adanya:

  1. Hanyutan genetik (genetic drift),
  2. Arus gen (gene flow),
  3. Mutasi,
  4. Perkawinan tidak acak, dan
  5. Seleksi alam.  Masing-masing penyebab perubahan kesetimbangan hukum Hardy-Weinberg atau perubahan frekuensi genetik populasi merupakan kondisi kebalikan yang dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan Hardy-weinberg.

Hukum ini menyatakan bahwa dalam suatu kondisi tertentu yang stabil, frekuensi gen dan frekuensi genotif akan tetap konstan dari satu generasi ke generasi dalam suatu populasi yang berbiak seksual, bila syarat berikut dipenuhi:

  1. Genotif yang ada memiliki viabilitas (kemampuan hidup) dan fertilitas (kesuburan) yang sama
  2. Perkawinan yang terjadi berlangsung secara acak
  3. Tidak ada mutasi gen
  4. Tidak terjadi migrasi
  5. Tidak terjadi seleksi

Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami evolusi.(Anonim,2012)

 

2.3.2 Penerapan dan Teori Evolusi  Hukum Hardy–Weinberg

Bila frekuensi gen yang satu dinyatakan dengan simbol p dan alelnya dengan simbol q, maka secara matematis hukum tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

 

Contoh penggunaan hukum ini adalah sebagai berikut:

1.    Bila dalam suatu populasi masyarakat terdapat perasa kertas PTC 64% sedangkan bukan perasa PTC (tt) 36%,

a.    Berapa frekuensi gen perasa (T) dan gen bukan perasa (t) dalam populasi tersebut?

b.    Berapakah rasio genotifnya?

 

Populasi mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin acak (panmiksia) di antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu memiliki peluang yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan genotipe yang sama maupun berbeda dengannya. Dengan adanya sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari generasi ke generasi. Prinsip ini dirumuskan oleh G.H. Hardy, ahli matematika dari Inggris, dan W.Weinberg, dokter dari Jerman,. sehingga selanjutnya dikenal sebagai hukum keseimbangan Hardy-Weinberg.

Di samping kawin acak, ada persyaratan lain yang harus dipenuhi bagi berlakunya hukum keseimbangan Hardy-Weinberg, yaitu tidak terjadi migrasi, mutasi, dan seleksi. Dengan perkatan lain, terjadinya peristiwa-peristiwa ini serta sistem kawin yang tidak acak akan mengakibatkan perubahan frekuensi alel.

Deduksi terhadap hukum keseimbangan Hardy-Weinberg meliputi tiga langkah, yaitu :

(1)    Dari tetua kepada gamet-gamet yang dihasilkannya

(2)    Dari penggabungan gamet-gamet kepada genotipe zigot yang dibentuk

(3)    Dari genotipe zigot kepada frekuensi alel pada generasi keturunan.

Secara lebih rinci ketiga langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Kembali kita misalkan bahwa pada generasi tetua terdapat genotipe AA, Aa, dan aa, masing-masing dengan frekuensi P, H, dan Q.  Sementara itu, frekuensi alel A adalah p, sedang frekuensi alel a adalah q. Dari populasi generasi tetua ini akan dihasilkan dua macam gamet, yaitu A dan a. Frekuensi gamet A sama dengan frekuensi alel A (p). Begitu juga, frekuensi gamet a sama dengan frekuensi alel a (q).

Dengan berlangsungnya kawin acak, maka terjadi penggabungan gamet A dan a secara acak pula. Oleh karena itu, zigot-zigot yang terbentuk akan memilki frekuensi genotipe sebagai hasil kali frekuensi gamet yang bergabung.

Kita ketahui bahwa frekuensi gene pool dari generasi ke generasi pada waktu ini (populasi hipotesis) adalah 0,9 dan 0,1; dan perbandingan genotip adalah 0,81; 0,81; dan 0,01. Dengan angka – angka ini kita akan mendapatkan harga yang sama pada generasi berikutnya. Hasil yang sama ini akan kita jumpai pada generasi seterusnya, frekuensi genetis dan perbandingan genotip tidak berubah. Dapat kita simpulkan bahwa perubahan evolusi tidak terjadi. Hal ini dapat diketahui oleh Hardy (1908) dari Cambrige University dan Weinberg dari jerman yang bekerja secara terpisah. Secara singkat dikatakan di dalam rumus Hardy-Weinberg

“Di bawah suatu kondisi yang stabil, baik frekuensi gen maupun perbandingan genotip akan tetap (konstan) dari generasi ke generasi pada populasi yang berbiak secara seksual”

 

Kondisi yang Diperlukan untuk Keseimbangan Genetis

Perlu diteliti apakah yang dimaksud dengan kondisi pada hokum Hardy – Weinberg, sehingga menyebabkan gene pool dari suatu populasi berada di dalam keseimbangan genetis. Kondisi tersebut digambarkan sebagai berikut:

  • Populasi harus cukup besar, sehingga suatu faktor kebetulan saja tidak mungkin mengubah frekuensi genetis secara berarti.
  • Mutasi tidak boleh terjadi, atau harus terjadi keseimbangan secara mutasi.
  • Harus tidak terjadi emigrasi dan imigrasi.
  • Reproduksi harus sama sekali sembarang (random).

Secara teoritis, suatu populasi harus begitu besar sehingga dapat dianggap bukan merupakan faktor penyebab dari perubahan frekuensi genetis. Dalam kenyataan, tidaklah ada populasi yang besarnya tidak terbatas, tetapi beberapa populasi alami dapat cukup besar sehingga perubahan sedikit saja tidak cukup menjadi penyebab dari perubahan yang berarti pada frekuensi genetis gene pool mereka.

Suatu populasi produktif yang terdiri lebih dari 10.000 anggota yang dapat berbiak, mempunyai kemungkinan besar tidak dipengaruhi secara berarti oleh perubahan sembarang, yang dapat menuju kepada lenyapnya suatu alel dari gene pool, meskipun alel itu merupakan alel superior. Di dalam populasi yang demikian, ternyata hanya terdapat sangat kecil alel yang mempunyai frekuensi antara, rupanya semua alel itu mempunyai kecenderungan untuk hilang dengan segera atau tertahan sebagai satu – satunya alel yang ada. Dengan perkataan lain, populasi kecil mempunyai kecenderungan besar untuk menjadi homozigot, sedangkan populasi besar cenderung untuk lebih bermacam – macam.

Contohnya aplikasi Hukum Hardy-Weinberg antara lain sebagai berikut:

Menghitung prosentase populasi manusia yang membawa alel untuk penyakit keturunan.
Frekuensi individu yang lahir dengan PKU disimbolkan dengan q2 pada persamaan Hardy-Weinberg ( q2 = frekuensi genotip homozigot resesif ). Kejadian satu individu PKU tiap 10 ribu kelahiran menunjukkan q2 = 0,0001. Oleh karenanya frekuensi  alel resesif untuk PKU dalam populasi adalah sebagai berikut.

q2 = 0,0001       q  =   √ 0,0001  =  0,01

Data frekuensi alel dominant ditentukan sebagai berikut.

p = 1 – q ; p = 1 –  0,01 ; p = 0,99

Frekuensi heterozigot karier, pada individu yang tidak mengalami PKU namun mewariskan alel PKU pada keturunannya, yaitu sebagai berikut.

2pq = 2 x 0,99 x 0,01

2pq = 0,0198 ( sekitar 2% )

Hal  ini berarti sekitar 2 % suatu populasi manusia yang membawa alel PKU.


Menghitung frekuensi alel ganda.

Persamaan ( p + q ) = 1 seperti yang digunakan pada contoh-contoh sebelumnya hanya berlaku apabila terdapat dua alel pada suatu lokus dalam autosom. Apabila lebih banyak alel ikut mengambil peranan, maka dalam persamaan harus ditambah lebih banyak  symbol. Misalnya pada golongan darah system ABO dikenal tiga alel yaitu IA , IB dan i . Andaikan p menyatakan frekuensi alel IA , q untuk frekuensi alel IB dan r untuk frekuensi alel  i , maka persamaan menjadi ( p + q + r ) = 1. Hukum Ekuilibrium Hardy-Weinberg untuk golongan ABO berbentuk sebagai berikut.

 

 

  1. Berapakah frekuensi alel  IA , IB , dan i pada masing-masing populasi tersebut ?
  2. Dari 320 orang yang bergolongan darah A itu, berapakah diperkirakan homozigotik IA IA ?
  3. Dari 150 orang bergolongan darah B itu, berapakah diperkirakan heterozigotik  IB i ?

Penyelesaian untuk persoalan diatas sebagai berikut. Andaikan p = frekuensi untuk alel IA , q = frekuensi untuk alel IB , r = frekuensi untuk alel  i, maka menurut hukum Hardy-Weinberg

    1. p2IAIA  +  2prIA  +  q2IBIB  +  2qrIBi  +  2pqIAIB  +  r2ii

      r 2  =  frekuensi golongan O  =  490/1000   =  0,49  ;  r  =   √ 0,49   =  0,7

      ( p + r ) 2    =  frekuensi golongan A  +  golongan O

      ( p + r ) 2   =  320+490/1000   =   0,81

      ( p + r )     =  √ 0,81  =  0,9

      p      =   0,9  –  0,7  =  0,2

      Oleh karena ( p + q + r ) = 1, maka q = 1 – (p + q) = 1 – (0,2 + 0,7) = 0,1

      Dengan demikian, frekuensi alel I A = p adalah 0,2; frekuensi alel IB = q = 0,1 ; dan

      frekuensi alel 1 = r = 0,7

    2. Frekuensi genotip IAIA = p2 = (0,2)2= 0,04. Jadi dari 320 orang bergolongan A yang diperkirakan homozigotik  IAIA = 0,04 x 1000 orang = 40 orang.
    3. Frekuensi  genotip IB i  = 2qr  =  2  (0,1 x 0,7)  =  0,14 . Jadi dari 150 orang

      bergolongan B yang diperkirakan heterozigotik I B i = 0,14 x 1000 orang = 140 orang.

Menghitung frekuensi gen tertaut kromosom X.
Dalam genetika populasi Suryo, 1984 menyatakan persoalan-persoalan yang dibicarakan sebelumnya merupakan cara menghitung frekuensi gen yang mempunyai lokus pada autosom. Namun, disamping autosom terdapat pula kromosom X. Oleh karena laki-laki hanya mempunyai sebuah kromosom X saja, maka cara menghitung frekuensi gennya berbeda dengan cara menghitung frekuensi gen pada kromosom X perempuan. Distribusi kesetimbangan dari genotip-genotip p untuk sifat yang tertaut kelamin, dengan p + q = 1 adalah
sebagai berikut.

Untuk laki-laki        = p + q , karena genotipnya A dan a
Untuk perempuan = p2 + 2pq + q2 , karena genotipnya AA, Aa, aa.

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1)      Mutasi yang terjadi tidak selalu mengakibatkan perubahan dalam struktur fungsi.kejadian mutasi walaupun tidak terlihat mungkin ikut berperan misalnya protein yang bermutasi meskipun tidak berubah dalam fungsi,mungkin memupnyai kelemahan tertentu yang baru terlihat apabila keadan lingkungan berubah.yang sudah dapat di pastikan,frekuensi gen dalam populasi  akan berubah,karena ada suatu gen yang berubah

2)      Peristiwa mutasi akan mengakibatkan terjadinya perubahan frekuensi gen, sehingga akan mempengaruhi fenotipe dan genotipe. Mutasi dapat bersifat menguntungkan dan merugikan. Sifat menguntungkan maupun merugikan tersebut terjadi jika:

a. Dapat menghasilkan sifat baru yang lebih menguntungkan,

b. Dapat menghasilkan spesies yang adaptif,

c. Memiliki peningkatan daya fertilitas dan viabilitas. Selain menguntungkan, ada kemungkinan mutasi bersifat merugikan yaitu menghasilkan sifat-sifat yang berkebalikan dengan sifat-sifat di atas. Untuk mengetahui angka laju mutasi.

3)      Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut.

 

 

3.2 Saran

 

Saran yang dapat kami tujukan adalah untuk pembaca

Diharapkan bagi para pembaca agar tidak tejadi salah konsep mengenai evolusi sehingga tidak memunculkan asas atau paham baru.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. HUKUM HARDY-WEINBERG DAN GENETIKA POPULASI (on line)

http://rispandahlan.blogspot.com/2012/03/hukum-hardy-weinberg-dan-genetika.html diacces tanggal 2 Juni 2012

Sweety Hamster Love “Hamster Rescue” . 2012. Variasi genetik sebagai dasar evolusi, mutasi gen, frekuensi gen dalam populasi dan hukum hardy- weinberg. (bag 2) (online)

Anonim-.Asas Hardy-Weinberg.(online)

http://id.wikipedia.org/wiki/Asas_Hardy-Weinberg

Anonim.-.Penerapan Hukum Hardy – Weingberg.

http://e-dukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=330&uniq=3661

ANONIM.-. Hukum Hardy – Weingberg (0nline)

http://e-dukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=330&uniq=3660 diacces tanggal 2 Juni 2012

Anonim, 2012. Petunjuk Adanya Evolusi.(0nline)

Http//:Itswrong.webs.com/evolusi.pdf/diacces tanggal 16 Maret 2012

Suryo, 1984.Genetika Untuk Strata 1.Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Widodo, Lestari Umi, Amin Muhammad. 2003.Bahan Ajar Evolusi.Malang: Universitar Malang Press.

By aimarusciencemania